Malam Lailatul Qadar terjadi di bulan Ramadan, tetapi tidak satu pun manusia yang tahu secara pasti kapan datangnya. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk mencari Lailatul Qadar sejak malam pertama bulan Ramadan, terlebih lagi pada malam sepuluh hari terakhir. Abu Ishaq Assyirazi, dalam kitabnya Al-Tanbih menuliskannya sebagai berikut:
ويطلب ليلة القدر في جميع شهر رمضان وفي العشر الأخير أكثر وفي ليالي الوتر أكثر وأرجاها ليلة الحادي والعشرين والثالث والعشرين ويستحب أن يكون دعاؤه فيها اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني
“Dianjurkan mencari Lailatul Qadar di setiap malam Ramadan, terutama malam sepuluh akhir dan malam ganjil. Lailatul Qadar paling sering diharapkan terjadi pada malam 21 dan 23.”
Maka dari itu, hendaknya melakukan ibadah sebanyak mungkin sejak malam pertama hingga akhir bulan Ramadan. Sehingga dari sekian banyak ibadah yang dilakukan tersebut bertepatan dengan malam Lailatu Qadar. Agar mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar, para ulama mengajarkan untuk selalu melakukan amalan ibadah berikut pada setiap malam bulan Ramadan.
Pertama, menghidupkan qiyamul lail dengan shalat isya, tarawih dan witir dan shalat subuh berjamaah. Disebutkan dalam hadis riwayat imam Bukhari dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadar (dengan beribadah) karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Kedua, memperbanyak membaca Al-Qur’an. Selama bulan Ramadan setiap kaum Muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, terutama pada malam Lailatul Qadar. Hal ini karena menurut sebagian besar ulama, Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Bahkan Nabi SAW setiap malam bulan Ramadan selalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an bersama malaikat Jibril. Disebutkan dalam hadis riwayat imam Bukhari dari Ibnu Abbas, dia berkata;
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadan ketika bertemu dengan malaikat Jibril, dan Jibril menemui beliau di setiap malam bulan Ramadan untuk mudarosah (mempelajari) Al-Qur’an.”
Ketiga, senantiasa beri’tikaf di masjid terutama sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Hal ini sesuai dengan kebiasaan Nabi SAW yang meningkatkan ibadah dengan cara beri’tikaf di masjid pada sepuluh akhir Ramadan. Dalam hadis riwayat imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah, dia berkata;
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.”
Dengan melakukan amalan ibadah tersebut, diharapkan bertepatan dengan malam Lailatul Qadar dalam keadaan beribadah kepada Allah. Sehingga dengan demikian, amalan ibadah tersebut menjadi amalan terbaik yang dinilai lebih baik dari beribadah seribu bulan.
Selengkapnya, klik di sini