Katanya, Rasulullah membenci para musuh Islam. Paling tidak, itu yang digembar-gemborkan oleh sebagian muslim kita. Bahkan, tidak jarang, dibuat narasi seolah-olah ‘musuh Islam’ ini sudah dekat dan ada di dekat mata. Mereka, katanya, bersiap untuk menghkancurkan kita para muslim. Faktanya, tidak sesederhana itu.
Jika kita merujuk Rasulullah, bahkan beliau tidak membenci mereka yang dianggap musuh Islam ini. Padahal, upaya-upaya untuk membentukan Rasulullah dengan ‘musuh Islam’ pada masa awal-awal agama ini berdiri.
Paling tidak, ada tiga peristiwa yang melatarbelakangi. Pertama, ketika peristiwa perang Badar. Ketika itu, banyak sekali muslim yang jadi korban peperangan. Dan tentu saja, konsekwensinya adalah, umat Islam pun berkurang.
Maka, ketika beberapa orang meminta Nabi untuk mengutuk mereka yang telah memperlakukan buruk Umat Islam, Rasul justru menolak. Bahkan penolakan itu sangat keras seraya mengingatkan.
“Aku ini tidak diutus untuk melaknat seseorang. Aku diutus untuk untuk mengajak kepada kebaikan dan Rahmat,” kata Nabi.
Kedua, Fathul Makkah. Peristiwa ini adalah momen penting dalam perjalanan sejarah Islam. Andai saja, sekali lagi, Andaikan, ketika Nabi memasuki gerbang kota Mekkah itu membalaskan dendam kepada mereka yang telah membuat umat Islam sengsara, maka bisa dipastikan agama Islam tidak akan berkembang seperti sekarang ini. Bahkan, bisa jadi, akan ada pertumpahan darah di tempat suci itu antara umat Islam dengan penentangnya.
Anda mungkin tidak lupa bagaimana Nabi benar-benar dibuat menderita: dikucilkan, dicaci maki, dibuat kelaparan, dilucuti segala kebesaran sukunya, dihina, hingga akan dibunuh dan semacamnya. Nabi melenggang ke Mekkah dengan senyuman, beliau melangkah bersama kaum muslimin dengan menggaungkan cinta kasih.
baca juga: mencari narasi musuh Islam
Fakta pun berbicara: tidak ada satupun kaum kafir Quraisy yang sedari dulu membenci beliau terluka. Bahkan, ketiga, Rasulullah pun memaafkan Hindun, perempuan yang membunuh Paman Nabi bernama Hamzah. Pembunuhan yang dianggap salah satu yang paling keji dalam sejarah Islam, hingga menggambarkannya pun kita mungkin akan menangis. Tragis.
Kenapa Rasulullah melakukan hal itu? Karena Rasululllah membawa cinta dan rahmat ke dunia. Dalam proses Fathul Makkah ia tidak ingin amarah menguasi umat Islam. Jika amarah dan dendam menguasai kita, kejernihan akan hilang. Kejernihan sebagai umat terbaik dan imajinasi akan masa depan gemilang Islam yang tersebar akan sirna. Peristiwa ini menjadi kunci tersebarnya Islam hingga kita terima hari ini.
Itulah alasan, kenapa kita seharusnya meniru beliau, bukan malah menggaungkan Islam sebagai agama pembenci. Jadi, jika ada yang selalu menggaungkan ‘musuh Islam’ akan datang dan sebagainya, kita layak curiga, jangan-jangan dia cuma menuruti hawa nafsunya dan menafsirkan Islam yang penuh cinta sebagaimana dibawa Rasul sesuai dengan keinginanannya belaka? Wallahu a’lam bisshowab.