Syirik atau mempersekutukan Allah adalah dosa besar, dosa yang menjadi penghalang harumnya sorga. Islam sebagai agama monoteisme menyeru umatnya untuk membersihkan segala bentuk “ilah ” selain Allah. Syirik berarti memuja berhala selain Allah.
Selama ini, konsepsi tentang syirik yang melekat pada pikiran umat Islam adalah menyembah patung, mempunyai jimat, atau pergi ke dukun.
Perilaku-perilaku tersebut – menyembah patung dan ke dukun – memang syirik dan di larang agama. Banyak ayat dan hadits yang mengulas itu.
Namun, ada satu konsep syirik yang jelas terpatri dalam Al quran tetapi luput untuk disikapi.
Allah berfirman :
“dengan kembali bertaubat kepadaNya, bertakwalah kepadaNya, serta dirikanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (syirik) ”
“yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka. Dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka ”
(QS. Ar-Ruum/30: 31-32),
Dua ayat di atas menandas-tegaskan bahwa syirik atau mempersekutukan Allah juga terpatri dalam perilaku “suka memecah belah “, membagi agama dalam beberapa golongan, yang masing-masing golongan menganggap dirinya paling unggul.
Dan, di Indonesia, kesyirikan model gini tumbuh meraja-lela bak rayap di musim hujan.
Adalah termasuk syirik orang Muhammadiyah yang merasa paling mulia dibanding NU, demikian sebaliknya. Aktivis Muhammadiyah atau NU yang gemar meninggikan organisasinya dan saling merendahkan sama saja terjerumus dalam kesyirikan
Adalah termasuk syirik aktivis HTI yang merasa lebih benar dibanding Tarbiyah, demikian sebaliknya. Aktivis HTI dan Tarbiyah yang saling mencela sama saja terjerumus dalam kesyirikan.
Adalah termasuk syirik, orang Salafi yang merendahkan Jamaah Tabligh, demikian sebaliknya. Adalah termasuk syirik golongan Sunni yang mencaci Syi’ah dan sebaliknya. Dan seterusnya dan sebagainya…
Hal yang sama juga berlaku dalam organisasi yang lain. Kesetiaan pada organisasi yang begitu tinggi dan berujung pada terpecah-belahnya umat sama saja dengan syirik.
Kecintaan pada organisasi/sekte yang melampaui batas merupakan pintu masuk lahirnya perpecahan umat dan bangsa. Dan, ini termasuk kesyirikan, menyekutukan Allah.
Dari ayat di atas, termaktub pesan jelas bahwa memecah-belah persatuan termasuk dalam dosa mempersekutukan Allah. Dosa besar yang tidak diampuni Allah kecuali dengan Taubat.
Hal yang sama berlaku dalam nasionalisme, kecintaan pada Indonesia dengan mencaci atau mengkerdilkan bangsa lain juga termasuk syirik. Oleh karena itu, Bung Karno menandaskan bahwa nasionalisme Indonesia bukanlah “jingo-nationalism”, yang merasa Indonesia bangsa unggul, tetapi nasionalisme humanitarian yang melahirkan persaudaraan bangsa-bangsa.
Nasionalisme Indonesia bukan berwatak chauvinisme tetapi berwatak humanisme, yang hadir untuk menegasikan perpecahan. Nasionalisme yang tumbuh subur di atas taman sari Internasionalisme.
Faktanya, kesyirikan-kesyirikan di atas sangat banyak dianut oleh orang-orang Indonesia. Kecintaan pada golongan, organisasi, partai, agama, suku, dan bangsa yang begitu rupa menghancurkan rasa kebersamaan sebagai bangsa.
Indonesia hari ini adalah sebuah perayaan manifesto kesyirikan. SilaPersatuan Indonesia memguap, tidak pernah terejawantah dalam kehidupan sehari-hari.
Haris el mahdi
FB @Haris el mahdi