Masyarakat muslim nusantara, khususnya para penganut tarekat pasti mengenal kitab Dalail al-khairat. Ya, kitab shalawat yang dikarang oleh Imam Jazuli itu amat masyhur di Indonesia dan sudah memberkahi pengamalnya selama ratusan tahun. Beliau merupakan salah satu sufi penganut tarekat syadziliyah yang terkenal akan karomah dan karyanya tersebut, berasal dari sebuah negara di ujung afrika utara sana, Maroko.
Namanya adalah Abu ‘Abdullah Muhammad bin Fattah bin ‘Abdurrahman bin Sulaiman Al-Jazuli. Beliau lahir di daerah Jazulah, salah satu daerah di kawasan Sus, di selatan Maroko. Beliau memiliki nasab yang tersambung hingga ke sahabat Ali bin Abi Thalib. Tidak ada yang tahu pasti tanggal kelahirannya, ada yang mengatakan beliau lahir pada tahun 807 H.
Beliau dikenal dengan Sidi Muhammad Ben Sleman, dan sekarang nama tersebut menjadi nama sebuah kawasan di kota Marrakech. Beliau mulai mempelajari Al-Quran dan ilmu lainnya di tanah kelahirannya hingga akhirnya berkelana dari daerahnya di sekitar akhir abad ke-8 atau awal abad 9 masehi.
Pengembaraan Spiritual Imam Jazuli
Kota Fez, yang terkenal sebagai tempatnya para ilmuwan Islam, menjadi tujuan beliau untuk mencari ilmu dan belajar di Madrasah Shaffarin. Di kota inilah Imam Jazuli bertemu salah satu sufi besar saat itu, Syekh Ahmad Zaruq. Seperti disebutkan di Sab’atu Rijali Murrakusy, Imam Jazuli hidup menyendiri dan menjauh dari keramaian di kota ini.
Di dinding kamarnya, tertulis kata “mati..mati…mati..” yang mengindikasikan kegelisahan beliau dalam menjalani hidupnya dan pencarian seorang syekh murabbi yang tepat. Hal ini menyebabkan kegelisahan yang menjadi-jadi hingga beliau akhirnya pergi ke timur untuk mencari ulama dan masyayikh yang tepat untuk membimbing beliau ke jalan suluk (tarekat).
Sejarawan mencatat setidaknya butuh waktu tujuh tahun mengelilingi Hijaz, Mesir, hingga Al-Quds untuk menempuh perjalanan spiritualnya sampai beliau bertemu Syekh Muhammad Al ‘ajamiy dari Al Azhar hingga akhirnya kembali ke Fez.
Di kota Fez, imam Jazuli pula melahirkan karya monumental beliau yaitu Dalail Al-Khairat, yang dibaca oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Usai mengarang kitab Dalail, Imam Jazuli berguru kepada seorang mursyid yang bernama Syekh Abu ‘Abdullah Muhammad Amghar Ash-Shaghir selama 14 tahun.
Di antara laku spiritual yang dilakoni beliau selama berguru, seperti diungkapkan Syekh At-Talidi adalah melanggengkan wirid basmalah sejumlah ribuan (sumber lain menyebutkan ratusan ribu kali), mengkhatamkan berkali-kali dalail, dan membaca seperempat Qur’an siang dan malam.
Selain hal-hal di atas, Imam Jazuli adalah seorang sufi yang menempuh jalan tasawufnya dengan jalan fana, kecintaan yang besar terhadap rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menziarahi makam para wali Allah, dan tentunya menggantungkan segala urusannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Karya-karya Imam Jazuli
Sebagai seorang sufi besar dengan jumlah murid yang mencapai 12.265 murid seperti disebutkan oleh Sidi Al-Mahdi Al-Fasi dalam Mumatti’u Al Asma’, Imam Jazuli tentu memiliki karya-karya yang menjadi bukti kebesarannya sebagai sufi, juga kebesarannya sebagai salah satu ulama besar islam.
Di antara karya-karya Imam Jazuli selain Dalail Al-Khairat adalah Aqidatul Jazuli, RIsalatu At Tauhid, Kitab Az Zuhd, Ajwibatun Fi Ad Dunya Wa Ad-Din, Min Kalami Asy-Syaikh Al-Jazuli, Hizb Asy-Syaikh (Hizb Al-Kabir), Hizb Al-Falah (Hizb Ash-Shaghir).
Selain karya-karya di atas, Imam Jazuli memiliki murid yang kelak juga menjadi salah satu Sab’aturrijal Marrakech (wali tujuh kota Marrakech) yang bernama Sidi Abdul Aziz At-Tabba’. Imam Jazuli wafat pada tahun 870 H di tempat kelahirannya Jazulah, sampai kemudian dipindahkan ke Marrakech 70 tahun kemudian, tepatnya di kawasan Riyadl Al ‘Arus. Sampai saat ini, makam beliau diziarahi oleh umat islam dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.