Dalam sejarah Islam Awal ada beberapa nama kembar yang biasanya memiliki keistimewaan yang sama, seperti nama Abdullah. Nama ini dalam sejarah Islam awal digunakan oleh orang-orang hebat, misalnya Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Umar. Ketiga Abdullah ini sangat dikenal dalam sejarah Islam sebagai sahabat Rasul Saw yang shaleh dan ahli agama.
Selain itu, ada juga dua orang yang memiliki nama kembar, namun akhir hayatnya berbeda, yakni Abdurrahman bin Auf dan Abdurrahman bin Muljam. Abdurrahman yang pertama merupakan sahabat Rasul yang termasuk 10 orang yang sudah dipastikan masuk surga. Sedangkan Abdurrahman bin Muljam merupakan pembunuh sepupu Rasul Saw, yaitu Ali bin Abi Thalib.
Kali ini, kita akan mengenal lebih dalam pemilik nama Abdurrahman bin Muljam, orang yang membunuh Ali bin Abi Thalib karena kekecewaannya dengan keputusan politik Ali.
Nama lengkapnya Abdurrahman bin ‘Amr bin Muljam al-Muradi. Ia terkenal dengan panggilan Ibnu Muljam. Tanggal dan tahun lahirnya tidak diketahui, namun dalam kitab al-A’lam karya al-Zarakly disebutkan bahwa ia pernah bertemu dengan masa-masa jahiliyah dan berhijrah pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab. Ia juga merupakan salah satu orang yang mengikuti pembebasan Mesir (Fath Misra) dan setelah itu ia menetap di sana.
Sosok Ahli Fiqih dan Ahli Quran
Diceritakan oleh Syamsuddin ad-Dzahabi (748 H) dalam kitabnya Tarikhul Islam wa Wafayati Masyahiril A’lam bahwa Ibnu Muljam merupakan sosok ahli al-Quran dan ahli fikih. Selain itu, ia merupakan orang yang gemar beribadah.
Ibnu Muljam belajar al-Quran kepada seorang sahabat kebanggan Rasul yang pernah dikirim ke Yaman, yaitu Muadz bin Jabal. Tidak hanya belajar kepada Muadz bin Jabal, Ibnu Muljam juga pernah mengutus Shabig at-Tamimi untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan al-Quran kepada Umar. Sehingga secara tidak langsung, ia juga berguru kepada Umar bin Khatab.
Semasa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khatab, Ibnu Muljam merupakan seseorang yang sangat istimewa. Pasalnya, ia diberi kepercayaan oleh Umar bin Khatab untuk mengajar al-Quran di masjid. Bahkan, agar memudahkan ia mengajar al-Quran di masjid, Umar bin Khattab memerintahkan Amr bin Ash untuk memperluas rumah Ibnu Muljam agar lebih dekat ke masjid agar ia mengajar al-Quran dan fikih di sana. Rumah Ibnu Muljam juga dekat dengan Abdurrahman bin Udais al-Balawi, yakni orang yang nantinya termasuk otak pembunuhan Ustman bin Affan.
Perbedaan Pandangan Politik Membuatnya Radikal
Ibnu Muljam merupakan salah satu pendukung Ali bin Abi Thalib. Bahkan ia juga pernah berperang bersama Ali dalam perang Jamal melawan Aisyah, serta ia juga pergi ke Kufah untuk mengikuti perang Siffin antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Muawiyah.
Namun saat perang siffin berakhir, dan disepakati arbitrase antara Ali dan Muawiyah, Ibnu Muljam menyatakan ketidak setujuannya. Ia berpendapat, dengan mengutip al-Quran, bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah tidak sesuai dengan tuntunan al-Quran dan Rasul Saw.
Sehingga dengan perbedaan pandangan politiknya, Ibnu Muljam keluar dari barisan para pendukung Ali bin Abi Thalib dan memilih untuk menjadi bagian dari kelompok Khawarij. Jargon terkenal khawarij “lā hukma illa Allah” (tidak ada hukum yang harus ditaati kecuali hukum Allah) ia gunakan untuk menolak kebijakan Ali yang tunduk kepada arbiterase.
Rencana Jahat dan Perempuan Cantik
Tidak hanya berseberangan dengan Ali, Ibnu Muljam juga merencanakan rencana jahat bersama dua orang temannya, yaitu Barak bin Abdillah at-Tamimi dan Amr bin Bukair at-Tamimi. Mereka berkumpul di Mekah dan melakukan perundingan. Setelah perundingan selesai, mereka bertiga sepakat merencanakan pembunuhan untuk tiga orang dalam waktu saat yang sama. Hal ini disebutkan Ibnu Saad dalam Thabaqat al-Kubra-nya.
Tiga calon korban tersebut dibagi bertiga. Ibnu Muljam membunuh Ali, Barak membunuh Muawiyah, sedangakn Amr membunuh Amr bin ‘Ash. Ibnu Muljam pun datang ke Kufah. Saat bertemu dengan pendukungnya, ia bertemu dengan seorang wanita berwajah cantik bernama Qutham, putri Syajnah bin Adi dan jatuh cinta kepadanya. Tidak hanya itu, Ibnu Muljam juga langsung melamarnya.
Qutham yang ayah dan saudara laki-lakinya tewas dalam perang Nahrawan (Khawarij melawan Ali), langsung menerima tawaran tersebut, tetapi dengan syarat Ibnu Muljam harus membunuh Ali bin Abi Thalib.
Syarat itu pun akhirnya terpenuhi, Ibnu Muljam membunuh Ali dalam keadaan ruku’ di dalam masjid pada tanggal 17 Ramadhan. Sayangnya ia tidak bisa melangsungkan pernihkahannya. Karena ia harus menjalani hukumannya karena membunuh khalifah ke empat tersebut. Hasan, putra Ali mendapatkan kesempatan untuk menghukum pembesar Khawarij ini pada tanggal 21 Ramadhan.
Selain mendapatkan hukuman qishas, Ibnu Muljam juga mendapatkan hukuman yang lain. Sebuah hukuman yang tiada akhir, dikenal seluruh muslim dalam sejarah sebagai pembunuh sahabat dan sepupu tercinta Rasulullah Saw.
Wallahu A’lam.