Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan bagi anak kiai yang mereka hormati. Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek. Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun, Gus Mus, dan lain-lain-tanpa menyebut diri sendiri.
Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain pula pandangan pemerintah Orde Baru. Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus itu, terutama yang kritis terhadap kekuasaan.
Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah Orde Baru mengakibatkan ia “dikucilkan.” Gus Nun sering ngomong pedas, maka dianggap musuh pemerintah juga.
Tapi, kata Gus Dur, di acara jamuan makan malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya ada satu “Gus” lagi yang tidak disukai pemerintah.
Para tamu pun penasaran, dan menunggu Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud.
“Gusmao…,” ungkap Gus Dur menyebut nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin yang saat itu masih di penjara.