Beginilah humor Abu Nawas ketika diminta untuk menghitung jumlah bintang di langit. Berikut cara mengitungnya yang membuat raja Harun Ar-Rasyid beserta rakyatnya tak bisa membantah sekalipun.
Pagi itu raja Harun Ar-Rasyid sedang galau. Ia berjalan mondar-mandir di kamar pribadinya. Sambil asyik merenung, terlintas sebuah pertanyaan di benaknya: “Berapakah jumlah bintang di langit dan bagaimana cara menghitungnya?”
Siang harinya, raja Harun Ar-Rasyid membuat sayembara; Barang siapa bisa menghitung jumlah bintang di langit dan memberitahukan cara menghitungnya, berikan beberapa koin emas sebagai hadiahnya.
Pamflet pengumuman sayembara disebar ke seluruh penjuru wilayah kerajaan oleh petugas istana. Banyak yang penasaran tentang isi pamvlet tersebut sehingga berbondong-bondong warga mengerumuni. Beberapa orang nampak sangat minat berpartisipasi. Sayembara tersebut terbuka bagi siapapun kecuali raja Harun Ar-Rasyid. Ia sendiri yang akan memimpin jalannya sayembara.
Tiba saatnya sayembara dimulai, bertempat di lapangan luas sebelah istana raja Harun Ar-Rasyid.
“Siapa yang bersedia maju duluan?” Tanya Raja.
Tanpa diduga, peserta pertama adalah komandan pengawal istana. Ia berjalan menuju arah raja dengan langkah tegap dan santai.
“Berapa jumlah bintang di langit wahai komandan pengawal istana?” Tanya raja.
“Jumlah bintang di langit itu jutaan baginda raja,” jawab komandan pengawal istana dengan tegas.
“Bagaimanakah caramu menghitung?” raja kian penasaran.
Komandan pengawal istana diam beberapa saat kemudian geleng-geleng kepala. Sambil melirik, Raja Harun Ar-Rasyid mempersilahkan komandan pengawal istanya untuk duduk kembali.
“Siapa lagi yang ingin mengikuti sayembaraku, silahkan maju!” ucap raja dengan suara keras.
Seorang pedagang kain sutra melangkah ke arah raja sambil membenahi pakaian yang kurang rapi.
“Berapa jumlah bintang di langit wahai pedagang kain?” tanya raja.
“Jumlahnya milyaran baginda,” jawab pedagang.
“Bagaimanakah caramu menghitungnya?” tanya raja lagi.
Karena ekspresi pedagang kain sama seperti peserta pertama, raja pun mempersilahkan untuk kembali ke tempat.
Raja berjalan bolak-balik di atas singgahsananya lantas berteriak: ” Siapa lagi yang ingin mencoba? mari berhitung mundur dari angka sepuluh, jika tidak ada yang mampu menjawab dengan benar, maka sayembara ini aku anggap selesai.”
Menuju hitungan mundur ke angka dua, Abu Nawas mengacungkan tangan sambil merangsek ke depan.
“Saya bisa menjawab pertanyaan dari tuanku,” sergah Abu Nawas.
“Berapa jumlah bintang di langit wahai Abu Nawas, dan bagaimanakah caramu menghitungnya?”.
“Sebelum menjawab pertanyaan tuanku, saya minta disediakan seekor kuda jantan besar,” pintanya.
Beberapa panitia sayembara lantas menggelandang jenis hewan yang diminta Abu Nawas.
“Begini baginda raja, jumlah bintang di langit sama dengan jumlah semua bulu kuda yang ada di kerajaan ini (sambil menunjuk ke arah kuda). Cara menghitungnya pun simpel. Tinggal memulai dari angka satu sampai selesai. Silahkan baginda hitung sendiri kalau tidak percaya,” jawab Abu Nawas.
Baca juga: Humor Abu Nawas, Khalifah Harun Galau
Kerumunan peserta pun saling pandang satu sama lain. Beberapa saat, suasana hening menyelimuti sayembara tersebut. Semua terpana dengan jawaban Abu Nawas. Raja Harun Ar-Rasyid berpikir bahwasanya tidak mungkin bisa menghitung semua bulu kuda yang ada di kerajaan.
Akhirnya raja manggut-manggut sambil memberikan hadiah beberapa batang emas kepada Abu Nawas. Sembari berjalan menuju rumah masing-masing, beberapa warga nampak saling berbisik: “kok bisa gitu ya?”.
Kisah ini disampaikan pada saat ngaji kitab Ihya’ Ulumuddin di pondok pesantren Langitan, Widang-Tuban-Jawa timur tahun 2015. Kiai Adib menerangkan kelihaian Abu Nawas memecahkan masalah yang kelihatan rumit dengan sangat mudah.