Berdoa adalah senjata orang mukmin dalam hal apapun. Senjata agar dimudahkan urusan, agar dihindarkan dari marabahaya dan lain sebagainya. Bahkan Allah SWT sendiri yang meminta orang mukmin untuk terus berdoa dan meminta kepada-Nya (Q.S. Ghafir:60). Lalu, bagaimana hukumnya orang yang berdoa sambil melihat ke langit? Bolehkah berdoa seperti itu?
Melihat ke langit ketika berdoa hukumnya adalah boleh menurut syariat. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Maimunah, ia berkata
مَا خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ مِنْ بَيْتِي قَطُّ إِلَّا رَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلِيَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ» أخرجه الطبراني في “المعجم الكبير”
Rasulullah SAW tidak keluar dari rumahku sama sekali. Kecuali ia mengarahkan pandangannya ke langit seraya berdoa: “Allahumma Inni A’udzu bika An Udhilla au udhalla. Au uzilla au uzala. Au ajhala au yujhala alayya. Au udzlima au udzlama.”(Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat sesat atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari kebodohan atau dibodohi, dari berbuat dzalim atau didzalimi). (HR. At-Thabrani)
Terdapat pula riwayat lain dari Uqbah bin Amir Al-Juhani. Ia berkata, Umar bin Al-Khattab pernah mengatakan kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda: “
«مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ رَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فُتِحَتْ لَهُ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ مِنَ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ مِنَ أَيِّهَا شَاءَ» أخرجه النسائي في “السنن الكبرى”.
“Siapa yang berwudu, maka hendaknya memperbaiki wudunya. Lalu mengarahkan pandangannya ke langit. Dan berkata: “Asyhadu An La Ilaha Illa Allah. Wahdahu La Syarikalahu. Wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu Warasuluhu, (saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Satu-satuNya, tidak ada sekutu bagiNya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad hambaNya dan utusanNya). Maka dibukakan untuknya delapan pintu surga, yang ia berhak masuk dari pintu mana saja yang ia mau.” (HR. An-Nasa’i).