Secara sederhana, bakhil bisa diartikan dengan menahannya seseorang untuk tidak mengeluarkan hartanya atau enggan membantu orang yang sedang membutuhkannya.
Sifat bakhil tidak hanya merugikan bagi pemiliknya, tetapi juga merusak tatanan masyarakat di sekitarnya, karena menyebabkan banyak orang yang tidak bisa menikmati hidup atau sengsara akibat sifat bakhilnya tersebut.
Terkadang sifat bakhil muncul karena dua sebab, pertama dikarenakan sangat cinta yang mendalam terhadap urusan duniawi, sehingga ia berupaya agar hartanya itu tetap tinggal bersamanya dan tidak mau menginfakkan kepada orang lain. Dan Sebab kedua karena masih tertipu dan mengikuti hawa nafsu.
Meninggalkan sifat bakhil sangatlah dianjurkan bahkan diperintahkan, hal ini selaras dengan firman-Nya atau dari hadis-hadis Nabi. Salah satunya:
لَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرٗا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرّٞ لَّهُمۡۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. Ali Imran :180)
عنْ أبي بكرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قالَ: قالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ خَبٌّ، وَلَا بَخِيلٌ، وَلَا سَيِّئُ الْمَلَكَةِ
Dari Abu Bakar As Siddiq (w. 13 H) “tidak akan masuk surga orang-orang yang menipu, kikir dan orang-orang yang buruk mengurusi miliknya”. (HR. Tirmizi)
Dengan ayat dan hadis di atas, kita bisa pahami bahwa Allah SWT sangat mencela orang-orang yang memiliki sifat bakhil, sehingga Allah pun tidak segan-segan untuk mengancam kepada orang yang memiliki sifat tersebut, yaitu harta yang mereka bakhilkan akan dikalungkan kelak di hari kiamat dan diancam untuk tidak masuk surga.
Imam as Sya’bi (w. 104 H) menambahkan dalam kitab Ihya Ulumuddin yang berbunyi, “Saya tidak tahu yang mana yang lebih jauh dalam api neraka yang pelit, atau berbohong.”
Betapa hinanya sifat bakhil ini hingga para Ulama pun juga menghina bagi orang yang memilikinya. Selain itu, kerugian sifat bakhil tidak hanya di akhirat saja, tetapi juga dirasakan ketika ia masih di dunia. Seperti hina di hadapan orang lain, rizkinya menjadi sempit, hartanya menjadi sumber malapetaka dan jiwanya akan tersiksa karena berpikir bagaimana hartanya bisa bertambah.
Itulah beberapa dampak negatif yang akan menimpa bagi orang yang bakhil di dunia dan di akhirat. Dengan mengetahui bahaya bakhil tersebut, kita berusaha untuk menjauhi kebakhilan tersebut. Menjauhi teman-teman yang bakhil dan juga lingkungan yang bakhil karena teman dekat akan sangat mempengaruhi jiwa kita untuk menjadi bakhil.
Bahkan tidak cukup hanya mengetahui bahaya bakhil, tetapi juga harus berusaha dan mengingatkan keluarga, teman dan setiap orang muslim agar menghindari sifat tersebut, supaya kita termasuk orang-orang yang disabdakan Nabi.
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (HR. Muslim)
Semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari sifat bakhil, dan menggolongkan bersama para hambanya yang dermawan. Amin
Wallahu A’lam.