Hindari Berangkat Haji Ilegal: Ibadah Tak Tenang, Dosanya Terang Benderang

Hindari Berangkat Haji Ilegal: Ibadah Tak Tenang, Dosanya Terang Benderang

Jika benar-benar niatnya untuk meraih ridho-Nya, tentu seyogyanya menggunakan cara-cara yang baik dan cara-cara yang diridhai-Nya.

Hindari Berangkat Haji Ilegal: Ibadah Tak Tenang, Dosanya Terang Benderang
Para jemaah menggunakan payung saat berada di sekitar Kabah (@theholymosque)

Saat pertama kali salat Jumat di Masjid Nabawi, saya didatangi beberapa orang dari Indonesia. Mereka minta tolong difotokan dengan latar kubah rooftop masjid. Ada tiga orang saat itu, dua orang dewasa dan satu remaja. Dari seragam dan atribut yang digunakan, jelas sekali bahwa mereka bukanlah jemaah haji.

Mengapa kami tahu? Jemaah haji resmi memiliki gelang dan id card. Dari embarkasi hingga tanah suci, mereka mendapat sosialisasi. Menggunakan atribut-atribut itu adalah wajib dan mesti. Sedangkan mereka hanya berpakaian layaknya jemaah umrah biasa. Di sisi lain, kedatangan jemaah haji resmi dari Indonesia masih dijadwalkan dua hari yang akan datang.

Saya yang penasaran mencoba bertanya kepada mereka, “Ini rencana pulang kapan, pak?”

“Sama seperti masnya, masih dua bulan lagi, nanti ketemu di Mekkah,” jawabnya.

Bagaimana bisa ada jemaah yang dua bulan tinggal di Saudi untuk berhaji. Perjalanan haji dari Indonesia saja biasanya tidak sampai memakan waktu dua bulan. Haji reguler hanya 40an hari, sedangkan haji khusus malah lebih pendek. Kami pun berkesimpulan, mereka bukanlah jemaah resmi.

“Go Show” Haji

Saya sempat berbicara dengan beberapa mukimin Indonesia yang ada di Saudi. Mereka bercerita kalau pada tahun-tahun sebelumnya memang sudah ada isu pengetatan aturan, namun mereka masih bisa lolos.

Namun kondisi saat ini jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Terbukti dari beberapa penangkapan yang dilakukan otoritas Saudi. Bahkan beberapa WNI pun turut menjadi sasarannya.

“Mungkin mereka mengira akan seperti tahun-tahun sebelumnya, padahal sekarang ketat sekali,” tutur salah satu mukimin.

Berhaji tidak bisa serta merta seperti pesan tiket kereta atau bis, yang bisa “go show” dan berharap nanti di Arafah akan ada orang yang mengembalikan tiket dan tiket itu bisa kita gantikan. Tidak semudah itu.

Siapapun yang dapat ‘tike’ haji resmi, dia tidak akan menyia-nyiakannya. Karena itu mungkin kesempatan satu-satunya dalam kehidupan mereka. Selain itu, haji juga terkait dengan aturan dan regulasi negara.

Tidak seperti ‘Go show’, haji juga butuh kesiapan. Selain kesiapan financial dan fisik, juga diperlukan kesiapan spiritual dan etika. Dua hal terakhir ini jarang disadari oleh orang-orang yang hanya punya ambisi berhaji. Akhirnya hanya merasa punya jiwa muda dan uang akhirnya tetap memaksakan diri berangkat walaupun menabrak aturan. Padahal tujuan berhaji adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Allah akan mikir-mikir, buat apa menerima ibadah hamba yang prosesnya saja bermasalah.

Orang yang berhaji ilegal dari awal sudah merasa bahwa dirinya bersalah. Jika tidak merasa bersalah, seharusnya dia tak perlu tiarap, “nyelimput” saat ada check point atau pemeriksaan polisi. Bagaimana bisa, ibadah yang seharusnya diawali dengan penuh kegembiraan dan kemuliaan malah diawali dengan rasa bersalah.

Ibadah Butuh Ketenangan

Berbagai rangkaian ibadah haji juga sangat berkaitan erat dengan ketenangan, baik ketenangan jiwa, maupun ketenangan batin. Mulai dari wukuf di arafah, mabit di Muzdalifah, dan mabit di Mina, semua berkelindan dengan ketenangan. Dalam tiga rangkaian ibadah itu, kita hanya diminta untuk memikirkan Tuhan, menanggalkan pikiran-pikiran duniawi dan mematrikan hati kepada ilahi rabbi.

Jemaah haji ilegal, jika memang bisa lolos masuk Mekkah, ia belum tentu bisa lolos masuk Arafah. Kalaupun ternyata bisa masuk ke Arafah, ia akan selalu terbayang pelanggaran yang ia lakukan. Ibadah jadi tidak tenang dan serba ketakutan. Syirik khafi akhirnya terselip dalam ibadahnya. Bagaimana tidak? Waktu ibadah yang seharusnya digunakan untuk takut dan beribadah kepada Allah, malah diisi dengan ketakutan pada manusia.

Combo: Dosa syirik, melanggar aturan, dan mengambil hak orang lain

Selain dosa syirik khafi yang secara tidak sadar dilakukan, ada dosa lain yang didapatkan, mulai dosa karena melanggar aturan, hingga dosa karena mengambil hak orang lain.

Pengalaman beberapa tahun sebelumnya, para jemaah haji ilegal ini banyak yang mendudukin tenda-tenda haji resmi. Karena sudah lebih dulu sampai, akhirnya mereka jadi penghuni pertama dan tak bisa dipindahkan. Alhasil, jemaah yang seharusnya sudah dihitung jumlahnya dalam satu tenda, akhirnya berlebih. Tenda jadi tidak nyaman dan membuat jemaah haji resmi semakin terhimpit.

Jika tak meng-ocupasi tenda jemaah resmi, mereka biasanya tidur di jalanan. Alhasil membuat mobilitas dari Arafah menuju Muzdalifah dan Mina menjadi terganggu. Hasil investigasi Arab Saudi atas tragedi Muzdalifah tahun 2023 kemarin adalah karena kejadian seperti ini. Maka dari itu, Saudi getol sekali kampanye anti haji tanpa dokumen resmi.

Dengan berbagai kerugian yang disebabkan adanya haji ilegal, dan akhirnya jemaah haji resmi yang menjadi korban, maka apalagi yang layak didapatkan oleh para pemuja haji ilegal ini kecuali dosa karena merugikan dan mengambil hak saudaranya?

Para ulama sepakat bahwa ibadah haji yang tidak diikuti dengan proses yang baik, seperti tidak menggunakan visa haji atau dokumen resmi lain, maka orang yang berhaji itu akan mendapatkan dosa. Fatwa ini disampaikan oleh Lajnah Kibar Ulama Saudi. Di Indonesia, PBNU juga mengeluarkan fatwa yang sama.

Ibadah itu sejatinya untuk meraih ridha Allah. Jika benar-benar niatnya untuk meraih ridho-Nya, tentu seyogyanya menggunakan cara-cara yang baik dan cara-cara yang diridhai-Nya.

(AN)