Ini kisah lebai nan malang. Lebai merupakan salah satu status terhormat dalam masyarakat Minang. Namun karena dia seorang peragu dan plin-plan sehingga generasi sesudahnya menyebut dia sebagai seorang lebai yang malang. Suatu hari, demikian ujar sebuah cerita, lebai malang menerima dua undangan dari dua keluarga yang mengadakan dua acara yang letaknya saling berjauhan.
Rumah keluarga A terletak di sebelah utara rumahnya, sedangkan rumah keluarga B di sebelah selatan. Keluarga pertama terkenal dengan masakan gulainya yang lezat, keluarga yang satu lagi terkenal dengan rendangnya yang khas.
Menerima undangan dari dua keluarga tersebut, lebai malang kebingungan, rumah siapa yang hendak dikunjungi. Lebai memilih berangkat ke rumah keluarga yang terkenal dengan gulainya, namun di tengah jalan ia terbayang masakan rendang, kemudian ia pun berbalik arah.
Ketika sedang menuju tempat tersebut ia teringat akan gulai, sehingga ia pun menjadi bimbang dan kembali lagi. Bolak-balik lebai malang malah menghabiskan waktunya sampai melampaui batas waktu undangan. Dalam kondisi masih bingung, dia melihat para tetangganya pulang dari dua kampung tempat dua keluarga tadi. Ia melihat para tetangganya yang pulang dengan muka berseri karena perut mereka sudah kenyang oleh masakan-masakan yang disediakan. Sedang ia sendiri kelelahan dan dengan perut melilit dan muka meringis menatapi jalanan yang ramai oleh para tetangganya.
Tetangganya bertanya, apa sebab engkau meringis, Lebai? Tidakkah kau hadiri kendurian keluarga A, tentunya lezat sekali makanan yang disediakan oleh mereka. Lebai hanya menjawab dengan peringisan. Lebai berpapasan dengan tetangga yang baru pulang dari kendurian keluarga B yang lezat rendangnya, kian bertambah perih perut lebai melihat rombongan yang pulang tersebut. Apalagi dengan pertanyaan yang sama mereka menegur lebai malang. Aduh malang nian lebai malang.
Ini mungkin bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang yang menginginkan banyak hal karena sesungguhnya kita harus memilih dalam capaian yang diinginkan. Sebagaimana pepatah Jerman mengatakan bahwa “Siapa yang ingin mengambil semua, akan kehilangan semua”.