Suatu ketika Umar bin Khattab mendatangi Hajar Aswad. Ia melakukan dialog imajiner dengan batu yang konon berasal dari surga itu. “Aku tahu, kau hanyalah batu yang tidak dapat memberikan manfaat dan bahaya. Kalau saja aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, aku tidak akan menciummu.”
Dialog Umar dengan batu hitam yang menempel di Kakbah ini bisa berarti sebuah peringatan kepada kita semua untuk tidak meminta-minta kepada batu, atau bahkan yang paling parah, menuhankan batu. Kita perlu menata niat saat mencium batu Hajar Aswad, bukan untuk menyembah batu atau meminta kepada batu, melainkan sebagai ittiba’ (mengikuti) Nabi, Rasulullah SAW.
Ada sebuah kisah dalam hadis yang menyebutkan bahwa dahulu Hajar Aswad berwarna putih, namun batu-batu itu kemudian menghitam karena dosa-dosa manusia yang menyentuhnya.
قالَ رَسُولُ اللَّهِ – ﷺ: ««نَزَلَ الحَجَرُ الأسْوَدُ مِنَ الجَنَّةِ، وهُوَ أشَدُّ (بَياضًا) مِنَ اللَّبَنِ، فَسَوَّدَتْهُ خَطايا بَنِي آدَمَ»». رَواهُ أحْمَدُ، والتِّرْمِذِيُّ، وقالَ: هَذا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga. Saat itu warnanya lebih putih dari pada susu. Namun kemudian dosa-dosa manusia (yang menyentuhnya) membuat batu-batu itu menghitam.” (Hadis Riwayat Ahmad dan Tirmidzi. Imam Tirmidzi berkata bahwa hadis ini hadis hasan sahih)
Setelah membaca hadis ini tentu muncul sebuah pertanyaan dari benak kita. Benarkah mencium Hajar Aswad dapat menghapus dosa-dosa manusia? Saat memahami hadis di atas perlu dibandingkan dengan hadis-hadis yang lain. Salah satunya hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dalam Sahih mereka berikut:
وعن أبى هُرَيْرَةَ، قال: قال رسولُ اللَّهِ -ﷺ-: «مَن أتى هَذا البَيْتَ، فَلَمْ يَرْفُثْ، ولَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ مِن ذُنُوبِه كَيَوْمِ ولَدَتْه أُمُّهُ». مُتَّفَقٌ عليه
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, “Semua orang yang mendatangi masjid ini (dalam rangka haji atau umrah) dengan tidak memaki dan berkata kotor, maka dosanya diampuni sebagaimana saat ia baru dilahirkan.” (H.R Muttafaq Alaihi). Hadis ini dimasukkan oleh al-Bukhari dalam bab fadhāil al-hajj al-mabrūr (keutamaan haji yang mabrur)
Dalam hadis lain riwayat at-Tirmidzi juga disebutkan,
عن عبدِ اللَّهِ بنِ مسعودٍ، قال: قال رسولُ اللَّهِ -ﷺ-: تابِعُوا بَيْنَ الحَجِّ والعُمْرَةِ، فَإنّهُما يَنْفِيانِ الفَقْرَ والذُّنُوبَ، كَما يَنْفِى الكِيرُ خَبَثَ الحَدِيدِ والذَّهَبِ والفِضَّةِ، ولَيْسَ لِلْحَجَّةِ المَبْرُورَةِ ثَوابٌ إلّا الجَنَّةَ». قال التِّرْمِذِىُّ (١): حَسَنٌ صَحِيحٌ
Artinya, “Dari Abdullah bin Masud berkata, Rasulullah SAW bersabda: Laksanakanlah haji dan umrah. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghapus kefakiran dan dosa, sebagaimana alat kir yang dapat membersihkan kotornya besi, emas, dan perak. Tidak ada balasan yang layak bagi haji yang mabrur kecuali surga.” Imam at-Tirmidzi berkata bahwa hadis ini hasan sahih. (H.R at-Tirmidzi dalam bab pahala haji dan umrah)
hadis-hadis di atas bisa difahami bahwa yang menghapus dosa bukanlah batu, melainkan ibadah haji dan umrah kita yang diterima, termasuk juga pertaubatan atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, sehingga dosa-dosanya diampuni. Hajar Aswad semacam simbol bahwa dosa-dosa para muslim yang beribadah haji maupun umrah telah diampuni, asalkan memenuhi syarat dan rukun haji maupun umrah.
Hikmah Hajar Aswad Berwarna Hitam
Terkait batu berwarna hitam ini, ada beberapa hikmah yang bisa diambil. Dalam al-Mafātih fi Syarh al-Mashabih disebutkan empat hikmah Hajar Aswad berwarna hitam.
- Pertama, memperingatkan manusia. Karena ketika seorang mengetahui bahwa batu itu menghitam karena dosa-dosa manusia, ia tidak akan melakukan dosa, karena takut badannya “menghitam” karena dosa.
- Kedua, agar manusia bertaubat dan tidak mudah melakukan dosa.
- Ketiga, agar manusia mengambil berkah dari mencium hajar aswad, sebagaimana ittiba’ kepada Nabi Muhammad SAW.
- Keempat, menguji keimanan seorang muslim dengan mempercayai hal-hal yang bisa jadi tidak masuk akal. Sebagaimana menghitamnya Hajar Aswad karena dosa menusia.
Itulah beberapa hal terkait Hajar Aswad yang perlu kita ketahui. Semoga kita bisa berkunjung ke Baitullah, Makkah dan Madinah, serta bisa merasakan mengecup “batu surga” ini. Amin. (AN)
Wallahu a’lam.