Dalam hidup kita keajaiban sering terjadi. Tapi yang lebih sering terjadi adalah kejadian yang sewajarnya. Anda sering mengalami keajaiban itu dalam hidup?
Ada kisah unik dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani, ulama yang hidup pada abad ke-11 M. Suatu hari beliau dihadang segerombolan perampok. Dia mengatakan dirinya membawa uang sebesar 8 dinar yang dijahitkan ibu di dalam bajunya. Kejujurannya itu rupanya mengilhami pertobatan gerombolan perampok, dan uangnya aman tersimpan meskipun dengan jujur mengatakan dia membawa uang. Itu hanyalah satu kejadian di antara seribu kejadian wajar.
Apakah itu keajaiban? Ada banyak buku yang menceritakan tentang keajaiban, baik yang ditulis pada masa lampau maupun sekarang. Di dalam masyarakat modern ada beberapa kumpulan dokumentasi kejadian aneh yang difilmkan seperti Chicken Soup for the Soul, Believe it or Not dan sebagainya. Buku-buku itu mengajak kita untuk hidup dengan menggunakan cara pandang positif sehingga keajaiban sering muncul dari sudut yang tidak diduga-duga.
Orang kerap mengharapkan keajaiban muncul agar bisa hidup nyaman. Namun sesungguhnya kenyamanan hidup tak akan terasa jika tidak dicapai dengan susah payah. Karena kepuasan terasa ketika kita menyelesaikan satu kewajiban. “Seperti kenikmatan setelah menyelesaikan pekerjaan,” ungkap Ramadhan KH, penyair Tanah Air.
Jadi buat apa mengharapkan keajaiban. Terlalu sering datang keajaiban justru akan mengurangi kenikmatan hidup. Keajaiban itu laksana bonus, akan menyenangkan ketika datang tak terduga, baik pada saat dibutuhkan ataupun tidak.
Saya pernah mengalami hal tersebut dan dalam waktu lama cukup menghabiskan hari-hari saya dengan khayalan akan keajaiban. Dan saya mengatakan pada diri saya bahwa keajaiban adalah penghargaan bagi kerja keras kita dalam kehidupan yang wajar. Jika mengharapkannya maka jalanilah hidup yang wajar, tentunya dengan cara pandang positif.
Hidup sewajarnya justru lebih indah seperti kita melihat kewajaran matahari yang bersinar menghangatkan udara pagi yang dingin. Itulah kewajaran. Kiat ini adalah semangat bukan bersifat teknis. []
*pernah juga dimuat di Syir’ah edisi April 2005