Peringatan wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akan kembali digelar oleh Pesantren Tebuireng, Jombang. Agenda haul yang bertepatan dengan sewindu wafatnya Presiden Republik Indonesia ke-4 itu akan digelar Kamis, 28 Desember 2017.
Ketua Panitia Haul ke-8 Gus Dur, Ustadz Iskandar menuturkan, haul kali ini menjadi istimewa karena akan dihadiri tiga mantan menteri Kabinet Persatuan Nasional yang dipimpin oleh Gus Dur. Mereka adalah Mahfud MD (Mantan Menteri Pertahanan), Rizal Ramli (Mantan Menko Ekuin) dan Khofifah Indar Parawansa (Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN).
“Ketiga mantan menteri Kabinet Gus Dur itu sudah mengkonfirmasikan kehadiran mereka. Dan ketiganya akan memberikan testimoni selama mendampingi salah satu cucu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari tersebut,” ungkap Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng itu.
Dia menambahkan, persiapan acara haul sudah mencapai 90 persen. Diperkirakan, jamaah yang hadir bakal melebihi 10 ribu orang. “Rangkaian acara dimulai dengan agenda Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia (Ishari), yang berlangsung nanti (Rabu, red) malam,” ujar Iskandar.
“Kamis pagi, acara dilanjutkan Khotmul Quran hingga siang hari. Lalu siang hingga sore diisi oleh pementasan jamaah Seribu Rebana yang dipimpin KH Nurhadi alias Mbah Bolong. Puncak acara haul diisi dengan tahlil dan pengajian umum,” imbuh pria kelahiran Jakarta itu.
Keistimewaan lain haul kali ini, imbuh Iskandar, adalah terlaksananya amanat Gus Dur terkait prasasti makamnya. “Prasasti tersebut telah diresmikan oleh Ibu Sinta Nuriyah (istri Gus Dur) bersama keluarga pada 9 September 2017 lalu,” lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, sebelum wafat, Gus Dur pernah berpesan melalui Khofifah Indar Parawansa, agar di makamnya diberi tulisan “Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan”. Amanat tersebut baru bisa diwujudkan oleh keluarga setelah hampir sewindu Gus Dur wafat dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng Jombang.
Menurut Zannuba Arifah Chafsoh, putri kedua Gus Dur yang akrab disapa Yenny Wahid, tulisan dalam prasasti tersebut sengaja dibuat dalam empat bahasa. Yaitu, Bahasa Indonesia, Arab, Inggris dan China. “Itu untuk menggambarkan universalitas sosok Gus Dur,” ungkapnya kepada wartawan usai peresmian prasasti tersebut, awal September lalu.
Gambaran universalitas sosok Gus Dur juga tercermin dari pilihan batu yang menjadi bahan prasasti tersebut. Sebab, prasasti berukuran 115 x 60 cm setinggi 45 cm itu tersusun dari tiga batu yang mewakili tiga peradaban dan telah berusia jutaan tahun.
Batu besarnya adalah Verde Patricia, marmer hijau yang berasal dari India. Di tengahnya terdapat Onyx Hijau yang berasal dari Persia. Sedangkan tulisan yang berisi pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipasang di Statuario, batu marmer dari Italia.