Imam Bukhari adalah salah satu perawi hadis paling populer yang hidup pada era keemasan Daulah Abbasiyah. Dia terlahir pada 21 Juli 810 M di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Bertepatan dengan tanggal 13 Syawal 194 Hijriyah, yang jatuh pada hari Jumat ini (5/6).
Keberadaan hadis yang sudah berabab-abad lamanya sangat terjaga keasliannya hingga saat ini. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah perawi hadis yang sangat ketat merawat hafalan dan keaslian hadis. Keberadaan para perawi hadis seperti Imam an-Nasa’i, Imam Ahmad, Ibnu Majah dan termasuk Imam Bukhari, mampu menjaga kemurnian hadis dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Imam Bukhari ikenal luas sebagai seorang perawi hadis yang jenius, kuat dalam hafalan, dan produktif menuangakan berbagai pemikirannya ke sejumlah buku. Hadis-hadis yang diriwayatkannya memiliki tingkat derajat yang tinggi, sehingga menjadi rujukan oleh para ahli fiqih dan hadis di dunia.
Imam Bukhari disebut sebagai pemimpin orang mukmin dalam ilmu Hadis (amirul mu’minin fi al-hadis) karena hafal 100 ribu hadis sahih dan 200 ribu hadis tidak sahih. “Saya hafal seratus ribu hadis shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadis yang tidak shahih”. Dari semua hadis yang dihafalkannya, dia mengingat deretan perawinya secara keseluruhan. “Setiap hadis yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.
Beberapa buku yang ditulisnya, adalah kitab al-Jami’ ash-Shahih, al-Adab al-Mufrad, at-Tharikh as-Shaghir, at-Tarikh al-Awsat, at-Tarikh al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fi as-Salah, Birrul Walidain, Ad Du’afa, al-Asami as-Sahabah dan al-Hibah. Sementara buku pertama yang ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun berjudul Qudhaya as-Shahabah wa at-Tabi’ien, yang berisi tentang berbagai peristiwa hukum yang terjadi pada masa kehidupan para Sahabat Nabi dan Tabi’in. Namun, diantara banyak karyanya itu, yang paling monumental adalah al-Jami’ as-Shahih atau Shahih Bukhari.
Diketahui bahwa pemilik nama asli Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Badrdizbah al-Ju’fiy al-Bukhari ini sejak kecil berada di lingkungan keluarga yang taat beragama. Ibnu Hibban dalam karya monumentalnya As-Siqat menjelaskan, ayah Imam Bukhari adalah seorang ulama bermadzab Maliki. Dia juga mudir dari Imam Malik yang dikenal sebagai seorang yang berhati-hati terhadap berbagai hal yang bermuatan syubhat.
Perhatiannya terhadap ilmu hadis sudah tumbuh sejak dia berusia 10 tahun. Hebatnya lagi, ketika usianya baru menginjak 16 tahun, Imam Bukhari sudah hafal dan menguasai buku-buku yang berkenaan dengan hadis, zuhud, dan fiqih, seperti buku yang ditulis Abdullah bin al-Mubarak (Tafsir al-Qur’an, as-Sunan fi al-Fiqh, Kitab at-Tarikh, Kitab al-Zuhd, Kitabul Birri wa al-Shilah, Riqa’ al-Fatawa, ar-Raqa’iq’ dan Arba’in fi al-Hadits) dan Waki’ bin al-Jarrah (al-Zuhd).
Dalam memperdalam keilmuannya, Imam Bukhari belajar kepada banyak ulama. Bahkan, untuk membuktikan kebenaran sanad hadis yang dihafalkannya, dia juga tak segan mendatangi ulama perawi sebelumnya. Diantara guru Imam Bukhari dalam memperoleh ilmu hadits-nya, yaitu Ali bin al-Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf al-Faryabi, Maki bin Ibrahim al-Bakhi, Muhammad bin Yusuf al-Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.