Hadis Nabi: Kalian Akan Menyesal Saat Terlalu Ambisi Berkuasa

Hadis Nabi: Kalian Akan Menyesal Saat Terlalu Ambisi Berkuasa

Hadis Nabi: Kalian Akan Menyesal Saat Terlalu Ambisi Berkuasa

Beberapa waktu terakhir, kita disuguhi pemandangan menyedihkan tentang bagaimana segelintir orang begitu bernafsu untuk mempertahankan kekuasaan. Mereka tidak ragu menabrak etika dan norma yang seharusnya menjadi landasan dalam bertindak, hanya demi memastikan posisi mereka tetap aman. Tidak jarang, perilaku ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat yang melihat bagaimana batas-batas moralitas dan aturan dilanggar dengan begitu mudahnya.

Lebih parah lagi, ada pihak-pihak yang bahkan rela mengotak-atik aturan yang ada, memanipulasinya agar tetap sesuai dengan keinginan mereka. Ini bukan hanya merusak tatanan hukum yang seharusnya ditegakkan dengan adil, tetapi juga mengancam integritas sistem pemerintahan dan kepercayaan publik. Tindakan semacam ini mencerminkan betapa bahayanya ambisi kekuasaan yang tidak diiringi dengan rasa tanggung jawab dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.

Pada 15 abad yang lalu, Rasulullah telah mengingatkan agar tidak tergoda dengan kekuasaan. Karena terlalu berambisi untuk berkuasa dapat membuat orang menyesal nantinya.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

إنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ علَى الإمارَةِ، وسَتَكُونُ نَدامَةً يَومَ القِيامَةِ، فَنِعْمَ المُرْضِعَةُ وبِئْسَتِ الفاطِمَةُ.

“Sesungguhnya kalian akan berambisi untuk menjadi penguasa, namun pada Hari Kiamat kelak hal itu akan menjadi penyesalan. Sebaik-baik pemimpin adalah yang merawat dengan baik, namun seburuk-buruk pemimpin adalah yang mengabaikan tanggung jawabnya.” (H.R al-Bukhari)

Dalam masyarakat, posisi kepemimpinan sering kali dilihat sebagai peluang untuk memperoleh kekuasaan, harta, atau status sosial. Namun, Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar kemuliaan yang harus dikejar tanpa pertimbangan. Justru, kepemimpinan adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Penting untuk memahami bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang memegang kekuasaan, melainkan tentang melayani dan memikul tanggung jawab terhadap orang-orang yang dipimpin. Rasulullah SAW dalam hadis di atas menegaskan bahwa kelak, pada Hari Kiamat, banyak dari mereka yang pernah berkuasa akan menyesali keputusannya. Penyesalan ini muncul karena mereka gagal menjalankan amanah yang diberikan dengan benar.

Menurut al-Munawi dalam Faidhul Qadir, dalam konteks ini, Rasulullah SAW menggambarkan kepemimpinan seperti seorang ibu yang menyusui. Ketika seorang pemimpin mampu menjalankan tugasnya dengan baik, ia seperti seorang ibu yang merawat anaknya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Namun, ketika pemimpin mengabaikan tanggung jawabnya dan hanya mengejar keuntungan pribadi, ia seperti seorang ibu yang menyapih anaknya terlalu cepat, meninggalkan anaknya dalam kondisi yang memprihatinkan.

Hadis di atas juga menekankan pentingnya pemimpin yang baik, yaitu mereka yang benar-benar peduli terhadap kesejahteraan orang yang dipimpin. Seorang pemimpin yang baik akan menjadi sumber kebahagiaan dan keberkahan bagi masyarakatnya. Mereka memimpin dengan penuh kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang, serta senantiasa mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

Sebaliknya, pemimpin yang buruk adalah mereka yang hanya peduli pada kepentingan diri sendiri. Mereka mungkin menikmati kekuasaan dan fasilitas yang didapatkan, namun pada akhirnya mereka akan meninggalkan masyarakat dalam kondisi yang lebih buruk daripada sebelumnya. Pemimpin semacam ini, menurut Rasulullah SAW, akan menghadapi penyesalan yang sangat besar di akhirat nanti.

Tanggung Jawab dalam Kepemimpinan dan Selektif Memilih Pemimpin

Dari hadis di atas juga, kita dapat menarik pelajaran bahwa ambisi untuk menjadi pemimpin harus disertai dengan niat yang tulus untuk menjalankan amanah dengan baik. Kepemimpinan bukanlah kesempatan untuk memperkaya diri atau memperluas pengaruh pribadi, melainkan kesempatan untuk memberikan kontribusi nyata bagi kemaslahatan umat.

Oleh karena itu, sebelum seseorang memutuskan untuk menjadi pemimpin, ia harus merenungkan sejauh mana ia siap untuk memikul tanggung jawab tersebut. Kesadaran akan beratnya amanah ini akan membantu seseorang untuk memimpin dengan integritas dan ketulusan hati, sehingga pada akhirnya ia tidak akan menyesal pada Hari Kiamat nanti.

Hadits ini juga menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa sebagai umat Islam, kita harus senantiasa memilih pemimpin yang benar-benar layak dan mampu mengemban amanah. Pemimpin yang baik akan membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat, sementara pemimpin yang buruk hanya akan membawa kehancuran.

(AN)