Habib Rizieq dikabarkan mendapatkan masalah di Arab Saudi, ia diperiksa pihak keamanan Arab terkait bendera hitam bertuliskan tauhid yang berada di rumahnya. Bendera itu terpampang di depan kediaman rumah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) ini di Mekah. Pemeriksaan ini bahkan membuatnya ditahan, bahkan baru malam pada pukul 8 malam waktu setempat.
Lalu, mengapa Habib Rizieq diperlakukan seperti ini? Adakah sesuatu yang salah atau janggal dengan bendera itu?
Otoritas Arab Saudi memang terkenal sangat ketat terkait aturan bendera. Perlakukan itu bukan hanya untuk warga sipil, melainkan juga orang asing. Bahkan, untuk beberapa produk yang dikaitkan dengan bendera hijau bertuliskan Tauhid dan pedang milik Kerajaan Saudi tersebut saja mereka begitu ketat.
Dalam keterangan BBC, Bendera hitam yang berada dan menempel di depan rumah Habib Rizieq dianggap mirip dengan bendera ISIS. Beberapa warga lokal di Mekah melaporkan keberadaan bendera tersebut ke pihak otoritas keamanan saudi. Oleh warga, bendera itu dianggap ‘mirip ISIS’. Bisa jadi, hal itu dianggap berbahaya.
ISIS adalah organisasi teroris dan ekstrimis yang begitu dibenci publik, khususnya di Jazirah Arab. Dan, pihak otoritas Saudi memang secara terbuka melakukan perang terhadap ISIS di segala level. Untuk itulah, hal-hal yang terkait organisasi ini begitu memang kerajaan Saudi begitu hati-hati.
Pangeran Saud al-Faisal Al Saud, Menteri Luar Negeri Saudi, beberapa waktu lalu menjelaskan secara resmi negaranya secara terbuka melawan ISIS atau segala hal yang memiliki kaitan dengannya. Untuk itu, secara organisasi, pihak kerajaan akan dengan ketat melindungi warganya dari segala hal yang berbau ekstremisme.
Hal ini tentu saja bisa dimaklumi mengingat Arab Saudi memang sedang melakukan reformasi besar-besaran guna mengubah pandangan publik internasional terhadap Arab yang terkenal Konservatif–dan di sisi lain, dianggap dekat wahabisme maupun di titik lain dekat dengan ekstrimisme.
Terkait upaya ini, Anda tentu saja gampang menemukan hal ini di internet, misalnya, terkait baru diperbolehkannya perempuan mengenderai kendaraan sendiri maupun bioskop yang baru ada maupun hal-hal lainnya, sesuatu yang begitu sukar ditemui beberapa waktu lalu. Kebebasan inilah yang sukar ditemukan di Saudi, namun perlahan reformasi Arab membuat hal-hal itu menjadi mungkin.
Peristiwa yang menimpa Habib Rizieq ini kira-kira terkait upaya otoritas Arab untuk ‘melindungi’ diri mereka. Apalagi, terkait bendera hitam bertuliskan Tauhid ini dianggap simbol dengan ISIS yang mereka lawan. Atau, bisa jadi, dalam beberapa analisis, bisa dianggap dekat dengan gerakakan pan islamisme internasional yang sedang menguat, bahkan beberapa menyebut bendera itu identik dengan Hizbut Tahrir.
“Pejabat Fungsi Kekonsuleran KJRI di Jeddah telah memberikan pendampingan kekonsuleran kepada MRS (Muhammad Rizieq Shihab) sebagaimana yang diberikan kepada semua WNI yang menghadapi masalah hukum di luar negeri,” kata keterangan resmi Kemenlu.
Dalam keterangan yang sama disebutkan bahwa Habib Rizieq diperiksa untuk diminta keterangan terkait laporan dari warga ini, mirip bendera ISIS, tutur keterangan tersebut, dan berada di tembok rumah Rizieq. Dalam rumor dan foto yang beredar di grup-grup whatsapp, bahkan, terpampang foto rumah tersebut dan Habib Rizieq yang sedang berhadapan atau berbincang dengan beberapa keamanan setempat.
Sampai saat ini, fakta memang belum terungkap secara pasti. Tapi, kasus Habib Rizieq dan bendera tauhid ini menyiratkan satu pesan penting. Ternyata, di Saudi persoalan kebebasan tidak seperti di Indonesia yang dengan mudah bisa ‘melakukan apa saja’. Mulai dari urusan perempuan yang bebas menjadi apa saja dan apa saja, maupun organisasi-organisasi yang bebas beraktivitas. Bahkan, dalam urusan terkait agama Arab Saudi terkenal sangat ketat.
Tentu saja, kita tidak lupa fakta bahwa beberapa ceramah yang dianggap berbahaya ditangkap otoritas setempat, belum lagi persoalan-lain lainnya dan cenderung lebih konservatif, sesuatu yang mungkin kalau terjadi di negera ini dengan gampang kita akan memberikan label ‘kriminalisasi’ plus tambahan kata ‘kriminalisasi ulama’ atau sejenisnya. Anda setuju?