Habib Munzir Al-Musawa adalah ulama kharismatik yang dikenal sebagai pemimpin jamaah Maulid Majelis Rasulullah SAW di Jakarta. Dalam dakwahnya, Habib Munzir menyampaikan petuah-petuah dengan cara yang santun dan sangat halus. Sampai hari ini, tujuh tahun setelah wafat beliau, umat masih sangat merindukan petuahnya.
Sebagai seorang Muslim, kita tentu kerap merenungkan kualitas amal perbuatan kita, dan bagaimana amal ibadah kita bisa menjadi sarana menuju tempat terbaik di sisi Allah. Perbuatan dosa yang masih saja kita lakukan terkadang membuat hati merasa resah, akankah kita mampu mencapai surga-Nya?
Dalam sebuah video yang diunggah oleh channel Majelis Rasulullah, Habib Munzir Al-Musawa mengisahkan tentang bagaimana Allah SWT menghibur Rasulullah yang saat itu dilanda keresahan.
وَالضُّحٰىۙ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ
Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
Habib Munzir Al-Musawa mengisahkan, bahwa turunnya ayat ini merupakan cara Allah SWT menghibur Nabi Muhammad yang sedang dirundung dalam kesedihan.
Habib Munzir menguraikan makna yang terkandung dalam surat Ad-Duha ini dengan pitutur yang rapi, teratur, juga indah.
“Demi pagi yang indah, demi malam yang gelap namun dihiasi bintang-bintang bak permata. Allah tidak akan meninggalkanmu wahai Muhammad. Tidak pula murka kepadamu. Seandainya semua makhluk berpaling meninggalkanmu, Allah tidak akan meninggalkanmu. Allah tidak akan mengucapkan kepadamu selamat tinggal. Karena nanti hari yang akan datang, akan lebih baik dari hari yang saat ini. Allah akan memberimu anugerah sampai engkau betul-betul puas.”
Dari beberapa sumber, keresahan Nabi Muhammad karena lama tidak mendapatkan wahyu. Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan ragam pendapat berapa lama Rasulullah merasa sepi, tidak menerima wahyu. Imam Ath-Thabari mengatakan lamanya 12 hari. Sementara dalam tafsir Jalalain menyebutkan Rasulullah SAW tidak menerima wahyu sampai 15 hari lamanya, bahkan terdapat riwayat yang mengatakan sampai 40 hari
Akan tetapi dalam ceramah Habib Munzir Al-Musawa, beliau menjelaskan bahwa ayat tersebut adalah bukti Allah SWT tidak akan meninggalkan Rasul-Nya sampai seluruh umatnya bisa keluar dari neraka.
Habib Munzir menceritakan, bahwa Sayyidina Abdullah bin Abbas mengatakan dalam tafsirnya. Makna ayat ini menenangkan seluruh para sahabat yang mendengarnya. “Tidak pernah kami tenang, melebihi ayat ini. Karena Nabi akan dibuat puas oleh Allah SWT, dan Nabi itu tidak akan puas kalau masih ada satu umatnya di neraka.” Demikian kata Habib Munzir.
Dengan demikian, sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita harus terus yakin akan kasih sayang Allah dan Rasulullah sehingga kita semua bisa meraih surga. Tanamkan dalam hati, bahwa Rasulullah dengan Syafaatnya tidak akan membiarkan satu pun umatnya tertinggal di neraka. Semua manusia pasti pernah melakukan dosa, dan kasih sayang Allah dan Rasul-Nya melampaui semuanya.