Gus Baha: Nabi Musa Juga Pernah Dituduh Kafir

Gus Baha: Nabi Musa Juga Pernah Dituduh Kafir

Menurut Gus Baha, “Kalau kafir menurut subyektivitas masing-masing kelompok, maka tidak ada kepastian (masuk neraka)”

Gus Baha: Nabi Musa Juga Pernah Dituduh Kafir

Akhir-akhir ini marak umat Islam yang berpaham takfiri, yaitu golongan umat Islam yang mengkafirkan saudara sesama Islam. Menurutnya, apa yang tidak sesuai dengan Islam yang dipahaminya, dianggap kafir atau keluar dari Islam.

Banyak ritual-ritual agama yang sudah diamalkan umat Islam di Indonesia, diniliai sebagai ritual yang sesat, lebih parahnya mereka dianggap kafir. Padahal ritual tersebut sudah tertanam lama di bumi Nusantara, seperti tahlilan, selametan, manaqiban, mauludan, dan ritual agama yang lainnya.

Lantas, bagaimana menanggapinya? Saya jadi ingat dawuh Gus Baha di salah satu pengajiannya. Kata beliau, “Kalau dikafirkan orang tidak mesti kafir (keluar dari Islam), tenang aja”.

Beliau memberi contoh bahwa Nabi Musa saja dianggap kafir oleh Fir’aun. Lalu beliau membacakan satu ayat:

وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنتَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Kamu (Musa) telah melakukan perbuatan yang telah kamu lakukan, dan kamu termasuk golongan yang kafir.” (Asy-Syu’ara: 19).

Untuk memahami konteksnya, ayat tersebut adalah penggalan cerita ketika Nabi Musa diutus untuk mendatangi Fir’aun. Dalam Firman-Nya, Allah memerintahkan Nabi Musa: “Datangilah kaum yang zalim itu”. Tetapi Nabi Musa takut jika kaum Fir’aun mendustakannya.

Ketakutan yang dirasakan Nabi Musa membuat dadanya terasa sempit dan lidahnya tidak lancar. Akhirnya Nabi Musa meminta kepada Allah agar ditemani oleh Nabi Harun.

Nabi Musa takut dibunuh ketika mendatangi Kaum Firaun. Ketakutan tersebut muncul karena dianggap bersalah oleh kaum Fir’aun karena telah meninju salah satu kaumnya.

Menurut al-Qurthubi Nama orang tersebut adalah Fatsaur, akhirnya dia mati karena tinju Nabi Musa. Sebab peninjuan itu, Nabi Musa melarikan diri dari Mesir.

Kemudian Allah memerintah Nabi Musa untuk tidak takut, karena Allah sudah menjaminnya. Singkat cerita, Nabi Musa dan Nabi Harun mendatangi Fir’aun, lalu Allah menyuruh untuk berkata, “Sesungguhnya kami adalah utusan dari Tuhan semesta alam, dan bebaskanlah Bani Isra’il pergi bersama kami”.

Lalu Fir’aun menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami waktu kanak-kanak, dan kamu berada dalam asuhan kami selama beberapa tahun?”. Lalu Fir’aun berkata lagi, “Kamu (Musa) telah melakukan perbuatan yang telah kamu lakukan, dan kamu termasuk golongan yang kafir”

Menurut Tafsir at-Thabari, ulama’ ahli ta’wil berbeda pendapat tentang kata ‘kafir’ dalam ayat ini. Menurut sebagian ulama, ‘kafir’ dalam ayat ini dimaknai:

وَأَنْتَ مِنْ الْكَافِرِينَ بِاَللَّهِ عَلَى دِيننَا

Kamu termasuk orang-orang yang keluar dari agama kami sebab karena 
PendaAllah.”

Pendapat ini berdasarkan Riwayat Musa bin Harun, dari Amr’, dari Asbath, dari as-Sudy yang mengatakan:

وَأَنْتَ مِنْ الْكَافِرِينَ يَعْنِي عَلَى دِيننَا هَذَا الَّذِي تَعِيب

Kamu termasuk orang-orang ‘kafir’, yakni orang yang keluar dari agama kami ini, (agama) yang kamu cela.

Adapun menurut ulama yang lain bahwa Fir’aun menganggap Nabi musa tidak mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan Fir’aun kepadanya. Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Ibnu Zaid.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, intinya Nabi Musa juga pernah dikafirkan oleh Fir’aun. Menurut Gus Baha’, jika yang mengkafirkan tersebut menurut subyektivitas manusia –termasuk Fir’aun– maka tidak berkonsekuensi masuk neraka.

“Kalau kafir menurut subyektivitas masing-masing kelompok, maka tidak ada kepastian (masuk neraka), tidak punya akibat apa-apa” tegas Gus Baha’

Gus Baha’ melanjutkan, “Berarti kamu kalau dikafirkan, maka seperti Nabi Musa. Lantas yang mengkafirkan seperti?” lalu para jama’ah tertawa.

Wallahu a’lam