Gus Baha: Kalau Tidak Mampu Naik Haji, Jangan Hasud kepada Orang yang Berhaji

Gus Baha: Kalau Tidak Mampu Naik Haji, Jangan Hasud kepada Orang yang Berhaji

Gus Baha: Kalau Tidak Mampu Naik Haji, Jangan Hasud kepada Orang yang Berhaji

Tidak mampu naik haji jangan dijadikan alasan bagi kita untuk memutus harapan berhaji. Ada amalan yang disarankan oleh Gus Baha, supaya kita tetap dekat dengan tanah suci.

Naik haji ke tanah suci juga merupakan pengalaman yang diidam-idamkan oleh umat Muslim sedunia. Lain dengan rukun Islam atau ibadah yang lain, ibadah haji mensyaratkan kemampuan bagi yang akan melaksanakannya. Kemampuan finansial yang paling utama, juga kemampuan fisik supaya bisa melaksanakan segala rukun dan wajib haji dengan baik.

Akan tetapi, tidak semua orang mampu naik haji. Selain ongkos haji yang tidak murah, antrian naik haji pun semakin lama. Terlebih lagi di masa covid-19 tahun ini, ketika ibadah haji ditiadakan bagi jamaah haji asal Indonesia. Bisa dipastikan antrian pendaftaran naik haji semakin panjang. Situasi pandemi Covid-19 menyebabkan banyak pula jamaah haji Indonesia yang batal berangkat pada tahun ini.

Sekalipun tidak mampu naik haji, ada amalan-amalan yang bisa menunjukkan keseriusan kita dalam mencintai ibadah haji.

Disampaikan oleh Gus Baha dalam sebuah video pengajiannya di channel Santri Gayeng, seandainya kita tidak mampu naik haji, kita tetap perlu menunjukkan keseriusan dalam berhaji melalui orang yang berhaji. Salah satu caranya dengan ikut merasa senang dengan orang yang berhaji. Bahkan, jika memungkinkan memberi uang saku buat orang yang berangkat haji.

“Misal kamu belum mampu berhaji, maka berilah uang orang yang berangkat haji. Jangan karena tidak mampu haji, malah menghasud orang yang berangkat haji.”

Perbuatan kecil ini, mengandung hikmah supaya rezeki kita ikut terbawa ke tanah suci.

“Agar sebagian rezekimu ikut mengantar dia ke Makkah. Jadi kamu pede.”

Gus Baha mendasarkan pendapat ini atas dasar kaidah fikih, “jika tidak mampu ideal, maka jangan tinggalkan semuanya.”

Logika ini, menurut Gus Baha, memang kadang tidak bisa diterima logika orang-orang modern. Dalam logika orang modern, orang yang mampu berhaji seharusnya menyantuni orang di sekitarnya yang belum mampu berhaji. “Orang yang mampu berhaji kok malah disantuni oleh orang yang tidak mampu berhaji?”

Tapi dalam logika hikmah agama, tidak demikian. Justru bagi orang yang belum mampu naik haji, ikut memberi uang kepada orang berhaji menunjukkan rasa cinta kita kepada tanah suci, bahkan sebagai upaya mendekatkan diri kepada sang Nabi yang makamnya ada di tanah suci. Yang, penting, niatnya ditujukan untuk menghormati orang berhaji, dan mencintai ibadah haji.

Gus Baha mencontohkan yang beliau lakukan sendiri, yakni memberi uang kepada teman-temannya yang mondok di Makkah. Beliau menceritaan, bapak beliau sempat menyuruh untuk mondok ke Makkah. Namun beliau memilih untuk tetap menuntut ilmu di Indonesia. Meski demikian, beliau tetap memberi uang saku kepada teman-teman beliau yang berangkat ke Makkah.

“Tapi saya kasih mereka uang Real. Saya akali. Karena kalau saya kasih rupiah, khawatir dibelanjakan ke di Indonesia!” Kata beliau disambut tawa para jamaahnya.