
JAKARTA, ISLAMI.CO – Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru, Muhammad Mukhlisin, menyatakan duka cita mendalam atas peristiwa tragis yang menimpa para guru dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Serangan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada 21 Maret 2025 telah mengakibatkan meninggalnya seorang guru, Rosalia Rerek Sogen, serta melukai tujuh tenaga pendidikan dan kesehatan lainnya.
Insiden ini semakin memperkuat ancaman terhadap guru dan fasilitas pendidikan di Papua. Pada 14 Februari 2025, Markas TPNPB OPM dilaporkan membakar gedung sekolah di Distrik Sinak sebagai bentuk perlawanan mereka.
Sebelumnya, pada 12 Juli 2024, seluruh bangunan SD, SMP, SMA, dan SMK di Kampung Borban, Kabupaten Pegunungan Bintang, juga dibakar oleh kelompok bersenjata.
Mukhlisin, menegaskan bahwa para guru dan tenaga kesehatan yang menjadi korban dalam peristiwa ini adalah pahlawan kemanusiaan yang telah mengabdikan hidup mereka untuk memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil.
“Kami sangat berduka atas kehilangan ini. Guru dan tenaga kesehatan adalah garda terdepan dalam mencerdaskan dan menyehatkan generasi bangsa, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Mereka layak mendapat penghargaan sebagai pahlawan kemanusiaan. Sama seperti beberapa anggota keamanan yang gugur dan diberikan kenaikan pangkat luar biasa. Sayangnya, selama ini pemerintah abai terhadap perlindungan dan penghargaan terhadap guru serta tenaga kesehatan di daerah rawan konflik” tegas Mukhlisin, Kamis (27/3)
Menurut Mukhlisin, Kekerasan terhadap guru dan tenaga kesehatan adalah kejahatan yang tidak bisa ditoleransi. Pihaknya mendesak pemerintah untuk memastikan perlindungan bagi tenaga pendidikan dan medis agar mereka dapat bekerja tanpa rasa takut.
Konflik bersenjata di Papua telah berlangsung selama beberapa dekade dan sering kali menargetkan warga sipil, termasuk guru dan tenaga medis. Serangan-serangan ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga menciptakan trauma mendalam bagi para pendidik dan tenaga kesehatan yang bekerja di wilayah konflik.
“Ancaman dan kekerasan terhadap tenaga pendidik menyebabkan banyak guru khawatir bertugas di daerah-daerah terpencil. Akibatnya, akses pendidikan bagi anak-anak di Papua semakin terpuruk, serta memperburuk ketimpangan pendidikan di wilayah tersebut.” tegasnya.
Yayasan Cahaya Guru mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk menjamin keselamatan guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di daerah konflik. Pemerintah juga harus mengambil langkah nyata untuk mengakhiri kekerasan terhadap tenaga pendidik dan medis. Serta, memastikan bahwa anak-anak Papua tetap mendapatkan hak pendidikan yang layak tanpa gangguan ancaman dan kekerasan.
“Pendidikan adalah hak dasar setiap anak dan merupakan fondasi bagi masa depan Papua dan Indonesia. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap guru dan tenaga kesehatan harus menjadi prioritas utama demi memastikan keberlangsungan pendidikan di wilayah yang terdampak konflik.” Pungkas Mukhlisin.