Sekitar satu bulan yang lalu, Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Al-Tayyeb berkunjung ke Indonesia. Kunjungan tersebut bukanlah yang pertama, sebelumnya sudah dua kali beliau ke Indonesia. Prof. Quraish Shihab termasuk tokoh Indonesia yang berteman dengan Syekh Ahmad al-Tayyeb. Dalam program Shihab & Shihab, ia menceritakan dulu pernah satu fakultas dengannya. Keduanya kuliah di fakultas Ushuluddin, hanya saja jurusannya berbeda: Prof. Quraish Shihab mengambil tafsir hadis, sedangkan Grand Syekh filsafat dan akidah.
Setelah lulus dari al-Azhar, Syekh Ahmad al-Tayyeb melanjutkan kuliah di Paris, Universitas Sorbonne. Walaupun lebih senang menggunakan bahasa Arab, ia sangat lancar berbahasa Perancis. Prof. Quraish menjelaskan, posisi Grand Syekh di Mesir sangatlah penting. Levelnya hampir sama dengan kepada negara. Bahkan sebelum masa Gamal Abdul Naser, Grand Syekh boleh menegur presiden.
Pemilihannya pun sangat selektif. Ada badan khusus yang terdiri dari ulama-ulama mesir yang kompeten untuk memilihnya. Setelah dipilih, diakui dan disahkan oleh negara. Meskipun demikian, Grand Syekh sangat boleh dikritik, karena bagaimana pun dia adalah seorang ilmuwan, bukan seperti Paus di Vatikan.
“Pengalaman Abi ketika di forum, seringkali berbeda pendapat, bebas. Tetapi beliau memang sangat menguasai ilmunya,” Tutur Prof. Quraish kepada Najwa Shihab.
Dalam pandangan Prof. Quraish, Syekh Ahmad al-Tayyeb berintegritas tinggi. Buktinya, ia tidak mau menerima imbalan dari posisinya. Ia hanya mau menerima 400 dollar dari gajinya. Sisanya, ia hidup dari hasil royalti buku. Waktu mendapatkan hadiah dari Abu Dhabi yang nominalnya sekian miliar, ia sumbangkan semuanya.
“Jadi memang orangnya ingin menghindari kesalahpahaman dan tuduhan macam-macam,” Kata Prof. Quraish Shihab.
Prof. Quraish Shihab mengatakan, Grand Syekh orangnya sangat moderat. Beliau tidak masalah berjabat tangan ketika ada perempuan yang mau menjabat tangannya.
“Nana cium tangannya bi pas bertemu. Nana pertama agak ragu, karena kan grand syekh, nana pikir tidak mau salaman perempuan,” Kenang Najwa Shihab.
Prof. Quraish menambahkan, waktu Ibu Megawati Sukarnoputri berkunjung, beliau meminta izin kepada Grand Syekh untuk salaman, beliau tidak keberatan. Memang orangnya sangat moderat, karena ada pendapat yang membolehkan itu.
“Alangkah malunya, jika ada seorang yang menyodorkan tangannya, atau bertanya, boleh saya salaman, terus dibilang tidak boleh. Ini haram, dan lain-lain. Grand syekh tidak begitu, karena ada pendapat yang membolehkan dan juga menjaga perasaan orang lain,” Kata Prof. Quraish Shihab.