Dalam debat presiden Indonesia 2024, keberanian kandidat tidak hanya diukur dari kata-kata mereka, tetapi juga dari kemampuan mereka menangani isu nasional dan internasional yang kompleks, termasuk Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik. Debat ketiga ini memperlihatkan kemampuan, strategi, dan visi kandidat untuk masa depan bangsa. Ini adalah malam di mana kecerdasan strategis, ketajaman diplomatik, dan kecerdasan politik ditampilkan secara penuh, terutama dari Ganjar Pranowo, yang penampilannya menonjol di tengah-tengah pertukaran yang berapi-api pada malam itu.
Ganjar Pranowo: Man of The Match
Ganjar Pranowo tampil sebagai pemain paling berharga malam itu, memancarkan sikap yang tenang, taktis, dan efisien. Ia memiliki fokus yang tajam pada ide-ide substantif dan respons metodis terhadap pertanyaan yang diajukan. Berbeda dengan rekan-rekannya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, yang sering terlihat terjebak dalam pertarungan bilateral, Ganjar menavigasi debat dengan penekanan yang jelas pada strategi kepemimpinan dan kedalaman kebijakan. Kemampuannya untuk mempertahankan fokus di tengah-tengah perdebatan menunjukkan ketajaman politik dan potensi kepemimpinannya.
Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan saat ini, secara mengejutkan kehilangan keunggulannya dalam domain yang seharusnya ia unggul. Terkenal dengan latar belakang militer dan retorika nasionalisnya yang kuat, kinerja Prabowo sangat mengecewakan. Kontribusinya sering kali hanya berupa orasi nasionalis kosong, tidak memiliki kedalaman dan wawasan yang diharapkan dari seorang kandidat yang berpengalaman. Kurangnya keterlibatan substantif dalam bidang keahliannya ini mengejutkan dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuannya untuk memimpin sebuah negara melalui lanskap geopolitik yang kompleks.
Pandangan Prabowo yang berpusat pada pertahanan, yang menekankan pada kekuatan militer, tampak agak rabun dalam menghadapi tantangan global yang kompleks yang membutuhkan strategi yang beragam. Meskipun secara tradisional penting, fokus militernya mungkin tampak terputus dari realitas konflik geopolitik modern yang penuh nuansa dan kebutuhan akan kecakapan diplomatik dan ekonomi. Sikapnya tentang pentingnya pertahanan yang kuat untuk mencegah situasi seperti yang terjadi di Gaza, sambil menunjukkan prioritasnya terhadap keamanan nasional, juga menunjukkan kurangnya kedalaman dalam memahami sifat multifaset dari hubungan internasional.
Blunder Prabowo Salahkan Masyarakat Gaza karena Tak Punya Kekuatan Militer Memadai
Salah satu pernyataan Prabowo tentang Gaza, yang mengaitkan penindasan di sana dengan kekuatan militer yang tidak memadai, sangat mengejutkan. Sebagai seorang Menteri Pertahanan, pernyataan seperti itu mencerminkan pemahaman yang tuli akan dinamika konflik internasional dan penderitaan manusia yang rumit. Kompleksitas situasi Gaza, yang sarat dengan nuansa historis, politis, dan kemanusiaan, tidak dapat secara sederhana dikaitkan dengan ketidakmampuan militer. Sayangnya, komentar ini merusak kedalaman dan kepekaan yang diharapkan dari seorang kandidat yang bersaing untuk menduduki jabatan tertinggi di negara ini.
Selain itu, ketidakmampuan atau keengganan Prabowo untuk melawan data yang disajikan oleh Ganjar dan Anies dengan informasi konkretnya sendiri merupakan kelemahan yang mencolok. Dalam debat, kekuatan data sangat besar, dan keengganan Prabowo untuk terlibat secara faktual melemahkan pendiriannya, memberikan kesan menghindar atau kurangnya persiapan yang matang. Kesenjangan ini terutama terlihat jelas dalam diskusi pengeluaran pertahanan dan strategi militer, di mana keahliannya diantisipasi untuk bersinar.
Anies Baswedan, di sisi lain, menunjukkan kemahiran yang patut dipuji dalam menyampaikan visi dan gagasannya. Pendekatan strategis terhadap isu-isu nasional dan internasional menandai penampilannya. Namun, fokus Anies tampak agak terpecah, terutama ketika ia mengarahkan energinya untuk menyerang Prabowo. Meskipun konfrontasi ini mungkin tidak dapat dihindari mengingat sifat debat yang kompetitif, hal ini terkadang mengurangi kemampuan Anies untuk mengartikulasikan visi komprehensifnya untuk Indonesia.
Perspektif Anies mengenai konflik Laut Cina Selatan dan peran ASEAN sangat mendalam. Penekanannya pada pentingnya melibatkan ASEAN dalam menyelesaikan masalah yang kompleks ini merupakan bukti pemahamannya tentang dinamika regional dan nilai koalisi diplomatik. Selain itu, gagasan Anies untuk membangun jembatan komunikasi dan memposisikan Indonesia sebagai pemimpin di kawasan Global South merupakan visi yang menyegarkan dan ambisius. Hal ini menggarisbawahi peran potensial Indonesia tidak hanya sebagai pemain regional tetapi juga sebagai pemberi pengaruh global, terutama dalam mewakili kepentingan dan suara negara-negara berkembang.
Sebaliknya, penekanan Anies pada peran ASEAN dalam mengelola konflik Laut Cina Selatan menunjukkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang dinamika regional dan pentingnya dialog multilateral. Pendekatan ini, ditambah dengan gagasannya dalam membangun komunikasi dan kepemimpinan di kawasan Global South, menunjukkan visi yang melampaui kekuatan militer dan mencakup keterlibatan diplomatik dan pembangunan koalisi. Fokus Anies pada aspek-aspek ini menunjukkan keyakinan pada pendekatan yang lebih kolaboratif dan inklusif terhadap hubungan internasional, yang dapat menjadi sangat penting dalam menavigasi saling ketergantungan yang kompleks di dunia modern.
Sementara itu, kinerja Ganjar Pranowo menunjukkan keseimbangan di antara kedua pendekatan ini. Kritiknya terhadap pengeluaran pertahanan saat ini dan seruannya untuk pengeluaran militer yang lebih bijaksana dan strategis mencerminkan pemahaman untuk menyeimbangkan kebutuhan pertahanan dengan tanggung jawab fiskal. Sikap ini, bersama dengan fokusnya untuk memperkuat TNI dan membangun industri pertahanan dalam negeri yang kuat, menunjukkan visi untuk Indonesia yang mandiri dan aman namun tetap bijaksana secara fiskal. Gagasannya dalam mereformasi proses pengambilan keputusan ASEAN dan kesediaannya untuk melihat di luar kerangka kerja tradisional dalam menangani isu-isu global menunjukkan pendekatan yang fleksibel namun strategis terhadap politik internasional.
Debat Bukan Hanya untuk Menguji Kemampuan Retorika
Debat ini bukan hanya menguji pengetahuan kebijakan atau kemampuan retorika, namun juga merupakan cerminan dari kemampuan para kandidat dalam menavigasi keseimbangan yang rumit antara prioritas nasional dan tantangan global. Debat ini menyoroti pentingnya pemikiran strategis, kemahiran diplomasi, dan kapasitas untuk mengartikulasikan visi yang koheren dan komprehensif untuk masa depan.
Apa yang terlihat jelas adalah bahwa pendekatan masing-masing kandidat mencerminkan aspek kepemimpinan yang berbeda; penekanan Prabowo yang kedaluwarsa terkait pertahanan, fokus Anies pada keterlibatan diplomatik dan pembangunan koalisi, dan pandangan Ganjar yang seimbang tentang pengeluaran pertahanan yang strategis dan bijaksana. Perspektif yang berbeda ini menawarkan kepada para pemilih Indonesia pilihan yang berbeda tentang arah yang mereka inginkan bagi negara mereka, baik di dalam maupun luar negeri.
Selain itu, debat tersebut menyoroti kemampuan para kandidat (atau kurangnya kemampuan mereka) untuk menggunakan data secara kritis. Keengganan Prabowo untuk melawan data yang disajikan oleh lawannya dengan informasi faktual menimbulkan kekhawatiran tentang pendekatannya terhadap pembuatan kebijakan dan transparansi. Prabowo sangat melempem, debat menjadi seolah evaluasi dari kontestan lain untuk kerja Kementerian Pertahanan. Padahal ini bidangnya sendiri. Sebaliknya, baik Anies maupun Ganjar bersedia untuk terlibat dengan data, meskipun dengan cara yang berbeda. Pendekatan Anies lebih agresif, menggunakan data untuk menantang Prabowo secara langsung, sementara Ganjar menggunakan data untuk memperkuat kritiknya dan menyajikan argumen yang lebih terukur.
Kesimpulannya, debat capres ketiga ini bukan hanya sebuah kontes kepribadian, tetapi juga adu visi untuk masa depan Indonesia. Debat ini memberikan gambaran sekilas tentang kepemimpinan, pembuatan kebijakan, dan pendekatan hubungan internasional para kandidat. Seiring Indonesia melanjutkan jalur pertumbuhan dan integrasi globalnya, pilihan pemimpin berikutnya akan menjadi sangat penting dalam menentukan bagaimana negara ini menghadapi tantangan-tantangan kompleks di abad ke-21. Debat ini menyediakan platform penting bagi para kandidat untuk mengartikulasikan visi mereka dan bagi para pemilih untuk mengevaluasi mereka terhadap kebutuhan dan aspirasi Indonesia. Arah yang akan diambil Indonesia di tahun-tahun mendatang akan sangat dipengaruhi oleh hasil dari proses pemilu ini, sehingga wawasan yang diperoleh dari debat ini akan semakin berharga bagi para pemilih Indonesia. (AN)