Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf al-Hasyimiyah merupakan istri Abu Thalib. Setelah kakek dan kedua orangtua Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Thalib dan Fatimah lah yang mengurus dan mendidik putra Abdullah ini. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw telah menganggap paman dan bibinya ini seperti orangtuanya sendiri.
Sebaliknya, Abu Thalib dan Fatimah pun menganggap Nabi Muhammad Saw seperti anak kandung sendiri. Meskipun keduanya memiliki banyak anak dan hidup dalam keterbatasan ekonomi, Abu Thalib dan Fatimah memberikan kasih sayang yang cukup kepada Nabi Muhammad Saw dan tidak pernah membeda-bedakannya dari anak mereka.
Sepeninggalan Abu Thalib, Fatimah memutuskan untuk masuk Islam, bahkan ia ikut berhijrah ke Madinah bersama kelompok hijrah awal.
Kebaikan Fatimah binti Asad tak jauh berbeda dengan Abu Thalib, ia amat menyayangi dan mendukung dakwah Nabi Muhammad SAW. Sebaliknya, Rasulullah SAW sangat menghormati Fatimah, beliau juga sering berkunjung dan beristirahat di kediaman bibinya ini.
Tatkala Ali bin Abi Thalib menikah dengan putri Rasulullah, Fatimah binti Asad sangat berbahagia. Ia juga tinggal satu rumah dengan anaknya, Ali dan istrinya, Fatimah az-Zahra.
Banyak meriwayatkan hadis
Sebagai famili yang sering kali berinteraksi dengan Nabi SAW, Fatimah binti Asad mendapat keistimewaan untuk belajar Islam langsung dari sang penerima wahyu. Ia memiliki banyak kesempatan untuk menyaksikan laku kehidupan Nabi Saw dan menanyakan berbagai persoalan agama.
Fatimah tak memendam pengetahuannya sendirian, ia mengajar dan meriwayatkan hadis-hadis yang diketahuinya kepada kaum muslimin. Karena itulah, istri Abu Thalib ini termasuk perempuan yang banyak meriwayatkan sabda Nabi SAW, terhitung 46 hadis telah diriwayatkannya. Satu di antaranya muttafaq ‘alaih.
Wafatnya Fatimah binti Asad
Fatimah binti Asad wafat di masa Nabi SAW. Karena kasih sayang yang mendalam, Rasulullah Saw memberikan pakaiannya untuk dijadikan kafan Fatimah. Rasulullah SAW juga menyalatinya, serta turun ke liang kuburnya. Saat naik dari liang kubur, air mata Rasulullah SAW menetes, terlihat jelas kesedihan menyelimuti hatinya.
Dalam 150 Qishah min Qishashis Shālihāt disebutkan, saat menurunkan jenazah Fatimah ke dalam kubur, Rasulullah SAW sempat berlutut di dalam kubur tersebut, bahkan riwayat lainnya menyebutkan, beliau berbaring di dekat jenazah bibinya ini. Ketika pemakaman selesai, Umar bin Khatab berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan kepada seorang pun sebelumnya.”
Rasulullah Saw menjawab, “Wahai Umar, sesungguhnya kedudukan perempuan ini seperti ibu yang melahirkanku. Dahulu Abu Thalib bekerja hingga memiliki hidangan untuk dimakan, ia kemudian mengumpulkan kami (Nabi Muhammad Saw dan anak-anak Abu Thalib) untuk makan bersama. Kala itu, perempuan ini melebihkan bagian kami sehingga aku pun mengembalikannya.”
Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sepeninggalan Abu Thalib, Aku tidak pernah menemukan orang yang paling baik kepadaku selain dia (Fatimah binti Asad). Aku memakaikan pakaianku untuknya agar kelak ia diberi pakaian dari sutra surga. Sedangkan aku berbaring di kuburnya untuk meringankannya dari azab kubur.”
Begitulah, jasa Fatimah, istri Abu Thalib yang besar saat nabi masih kecil, membuatnya sangat dihormati dan disayangi oleh nabi, bahkan setelah ia meninggal dunia. (AN)
Wallahu a’lam bisshawab
Referensi : al-Ishābah fit Tamyīz as-Shahabah karya Imam Ibnu Hajar al-Atsqalāni, An-Nisa Haula Rasul karya Muhammad Ibrahim Salim, 150 Qishah min Qishashis Shālihāt karya Abu Malik Muhammad bin Hamid bin Abdul Wahab