Dzikir Penghilang Galau

Dzikir Penghilang Galau

Dzikir Penghilang Galau

Kegalauan adalah penyakit di akhir zaman yang banyak diderita oleh kaum pemuda. Rasa galau terkadang timbul akibat soal percintaan dikalangan remaja dan soal ekonomi dikalangan orang dewasa. Kegalauan timbul akibat antara keinginan dan kenyataan tak sesuai. Seorang yang memiliki banyak keinginan namun terikat akan keterbatasan dirinya berpotensi sering mengalami kegalauan.

Kaum pemuda yang mengalami kegalauan umumnya akan mengatasinya dengan hal-hal negatif guna melupakan masalahnya yang menjadi sebab kegalauan, seperti berfoya-foya, mabuk-mabukan, dan menggunakan obat terlarang – Na’udzu billah min dzalik.

Kegiatan negatif mereka pada hakikatnya tak mengatasi kegalauannya, mereka hanya melupakan masalahnya sesaat saja. Justru, ketika mereka melakukan kegiatan yang negatif, masalahnya akan tetap ada dan bertambah.

Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia telah mengajarkan umatnya dalam hal menghilangkan kegalauan dengan berbagai kegiatan positif, seperti sembayang, berdzikir, dan membaca kitab suci.

Salah satunya, dzikir yang terdapat dalam kitab Mustadrak ala shahihain Karya Imam Abu Abdullah Muhammad al Hakim (w. 405 H). Al-Hakim menyusun kitab ini atas dasar persyaratan kesahihan hadis dari Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dzikir tersebut disebutkan dalam bab “Doa, Takbir, Tahlil, Tasbih dan Dzikir” riwayat Abu Hurairah Ra. (w. 59 H)

Nabi Muhammad Saw. bersabda ;

من قال لا حول ولا قوة إلا بالله ، كان دواء من تسعة وتسعين داء أيسرها الهم

“Siapa orang yang berkata “Tiada Daya dan Upaya kecuali dengan (pertolongan) Allah”, adapun itu adalah obat dari sembilan puluh sembilan penyakit dan penyakit paling ringan ialah kegalauan”

Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar ketika kegalauan tiba, maka segeralah mengucapkan Laa Haula Wa Laa Quwwata illa Billaah dengan kekusyuan dan pengagungan. Dengan kalimat thayyibah ini, niscaya kegalauan akan segera menghilang dan diberikannya kita pertolongan oleh Allah untuk mengatasi masalah yang sedang kita hadapi.

Saat kita berkata, “tiada daya dan upaya kecuali dari pertolongan Allah,” sama halnya dengan berikrar bahwa tiada yang mampu memberikan pertolongan selain Allah Swt. Ketika itu kita akan sadar bahwa hanya Allahlah yang mampu menolong kita. Berdoa dan berusaha serta tawakal akan menjadi senjata kita ketika sedang menghadapi berbagai masalah.

“Aku memohon pertolongan hanya kepada Allah, maka pasti Allah akan menolong aku,” itulah yang akan terbenak dalam pikiran kita. Dan puncak dari itu semua ialah menyandarkan berbagai urusan kehidupan kita kepada Allah Swt.

Kegalauan akan pergi dan masalah akan terselesaikan. Sungguh, ajaran Nabi Muhammad SAW adalah ajaran keselamatan dan kebahagian.

Wallaahu a’lam