Gaza membara lagi dan warga kian terjepit. Kali ini militer Israel yang menyerang Gaza. Penyerangan ini diduga sebagai balasan atas balon peledak yang sempat meledak pekan lalu dan pihak Israel menduga dilakukan oleh milisi Palestina. Serangan ini dilakukan leat udara.
Efeknya, terjadi kebakaran hebat kebakaran hebat di wilayah Gaza. Mulai dari infrastruktur yang berada di bawah tanah hingga pos pengamatan tak luput dari kerusakan.
Selain itu, Pemerintah Israel juga menutup jalan utama untuk penyerbarangan Kerem Shalom di jalur utama, Jalur Gaza. Penutupan tersebut juga mesih terkait dengan maraknya serangan balon pembakar. Akibatnya terjadi kebakaran di 30 titik di perbatasan.
“Kerem Shalom Crossing akan ditutup untuk pengiriman semua barang, dengan pengecualian masuknya peralatan kemanusiaan penting dan bahan bakar,” kata Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman middleye.
Jalur Kerem Shalom merupakan salah satu dari tiga penyeberangan utama Gaza yang berseberangan dengan Israel dan Mesir. Pada jalur ini sebagian besar barang lewat setiap hari. Pejabat Palestina mengatakan penutupan jalur Kerem Shalom berdampak penting bagi pengiriman bahan-bahan bangunan.
Efeknya, jalur perdagangan terhenti dan warga Palestina yang berniat niaga maupun aktivitas pun jadi kian kesusahan di tengah blokade yang terus menerus terjadi.
Dari Palestina, kita bergerak ke Solo, ketika ratusan orang laskar melakukan tindakan intoleransi. Mereka menyerang kediaman alm. Assegaf al-Jufri di Metrodanan, Pasar Kliwon, Solo.
Berdasarkan informasi, acara yang digelar malam itu adalah tradisi Midodareni, atau doa persiapan sebelum upacara pernikahan yang diikuti oleh sekitar 20 orang.
Akibatnya, ada tiga orang luka-luka akibat penyerangan tersebut dan merusak sejumlah kendaraan bermotor. Dalam aksi tersebut, terdengar teriakan Syiah bukan Islam, dan penganut Syiah halal darahnya dan pelbagai macam teriakan yang beririsan dengan Syiah.
Faktanya, di situ hanya ada adalah Midodareni yang dilakukan malam itu merupakan kegiatan ritual keagamaan diyakini oleh penganut Syiah.
Laskar ini mereka curiga, keluarga Assegaf sedang merayakan peringatan tradisi Ghadir Khumm yang diperingati tiap tanggal 18 Dzulhijjah.
AIdul Ghadir, atau Ghadir Khumm, adalah sebuah peringatan yang dilaksanakan oleh Muslim Syiah untuk memperingati peristiwa khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW yang bertempat di Ghadir Khum, sebuah tempat di antara Makkah dan Madinah, yang terjadi pada tanggal 18 Dzulhijah 10 Hijriyyah.
“Intoleransi terjadi salah satunya karena adanya ideologisasi nilai-nilai eksklusivisme yang dibalut dengan semangat keagamaan, Politis hares bertindak tegas. Kekerasan tidak bisa dibenarkan atas alasan apapun,” tutur Alissa Wahid, Koordinator Jaringan Gusdurian.
Hal senada juga diturakan oleh Komisioner Komnas HAM, Beka Hapsara, yang menganggap peristiwa ini tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, ia meminta Presiden untuk turun tangan.
“Komnas HAM meminta Presiden Joko Widodo untuk mengambil langkah tegas sebagai upaya mematikan adanya perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia bagi seluruh warga negara khususnya kebebasan beragama, berkeyakinan dan berekspresi, serta haka atas rasa aman warga negara,” ungkap Beka.
Ya, sekali lagi, kekerasan atas nama apapun tidak bisa dibenarkan. Apalagi, dilakukan oleh sama-sama muslim terhadap muslim lainnya yang dianggap berbeda. Atau, memang ada motif tertentu di balik penyerangan ini, entahlah.