Dunia islam pekan ini masih dihiasai dengan upaya Palestina melepaskan diri dari cengkeraman Israel dan arogansi Donald Trump. Betapa tidak, akibat pengakuan Yerussalem, hidup warga Palestina kian menyedihkan. Bahkan, banyak dari warga Palestina yang memilih untuk mengungsi. Salah satunya ke Lebanon.
Menurut data statistik negara beribukota di Beirut tersebut, kini pengungsi mencapai angka 174.422 pada tahun 2017 lalu. Data tersebut diungkapkan oleh Maral Tutelian Guidanian, Direktur Jenderal Administrasi Statistik Pusat Lebabon sabagaimana dikutip oleh Antara.
Dalam data tersebut juga diungkapkan bahwa pengungsi Palestina hidup di 12 kamp pengungsi dan berada dalam 146 kantong daerah di 5 provinsi yang berada di Lebanon. jumlah itu, sebanyak 45 persen tinggal di kamp utama dan sisanya di perbatasan dan daerah.
Konflik yang terjadi di Palestina memang seolah tiada habisnya. Ditambah, Meskipun secara resmi PBB memang menolak Yerussalem sebagai ibukota baru Israel, tetap saja ada beberapa negara yang mengikuti jejak Amerika Serikat dengan memindahkan konsul mereka dari Tel Aviv ke Yerussalem. Salah satunya Guatemala. Dan publik di negara tersebut pun dengan lantang menolak. Efeknya, huru-hura penolakan terjadi di mana-mana.
Mengenai hal ini, lagi-lagi, dengan arogan Donald Trump malah ingin menghentikan segala bantuan untuk Palestina. Sebagaimana jamak diketahui, Amerika merupakan negara donor terbesar untuk PBB bidang kemanusian dan bekerja untuk daerah-daerah-daerah konflik seperti Pakistan, Yaman dan juga Palestina.
Hal itu diutarakan Presiden Amerik Serikat tersebut di akun media sosialnya dan mendapatkan banyak sekali tanggapan dunia internasional.
“Kami memberi warga Palestina jutaan dollar setiap tahun dan tidak ada apresiasi atau penghomatan (Sama sekali). Mereka bahkan tidak ingin merundingkan traktat damai yang sudah lama belum juga diselesaikan,” kata Trump.
Cuitan itu mendapat 18.953 Retweet dan 69.531 yang menyukai. Selain itu, dikomentari oleh begitu banyak orang. Dalam kalimat yang sama, Trump juga menyebut Pakistan yang menurut versi dia juga diberi jutaan dolar dan tidak berefek apa-apa.
Lalu, kenapa Palestina enggan berunding lagi dengan Amerika Serikat? Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menjawab dengan gamblang bahwa keputusan Donald Trump yang memutuskan mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel menjadi salah satu satu acuan.
“Amerika Serikat terbukti merupakan mediator tak jujur dalam proses perdamaian,” tutur Abbas seperti dikutip BBC.
Tentu saja hal demikian membuat warga Palestina kian tersingkir. Apalagi, menurut beberapa sumber, bahwa Israel terus melakukan gerak cepat. Salah satunya membangun banyak bangunan di Yerussalem dan membuat undang-undang yang membuat segregasi antara kedua kubu kian sukar dipertemukan.
Warga Palestina memang terus melawan dan dukungan publik internasional, khususnya dunia islam, juga terus menguat untuk menjadikan Palestina menjadi negara yang bebas dan konflik sebisa mungkin hilang. Tapi, tampaknya tembok itu kian meninggi dan itu semua karena satu orang bernama Donald Trump.