Dunia islam pekan ini kabar dari Palestina. Tapi, kali ini bukan tentang kepongahan Amerika Serikat dan Israel atas Palestina maupun usaha perundingan ibukota Yerussalem yang diakui secara paksa Israel, melainkan tentang sepakbola.
Ya, anda tidak salah baca. Sepakbola dan lebih khusus Piala Dunia yang akan digelar tahun ini di Rusia. Dan kali ini, piala yang diperebutkan oleh seluruh negara di bumi ini mampir ke Palestina dalam rangkaian tur mereka ke Timur Tengah.
Dalam kunjungannya ke Palestina ini, Trofi Piala Dunia akan dipajang selama tiga hari berturut-turut di Ramallah, Tepi Barat, daerah yang saat ini diduduki paksa oleh Israel. Meskipun begitu, hal itu tidak menghalangi ribuan penggemar sepakbola di kedua negara untuk hadir melihat dari dekat trofi yang tahun lalu dimiliki olehn Jerman tersebut setelah meraihnya di gelaran Piala Dunia di Brasil 2016 lalu.
Selama tiga hari ini terpajang di Ramallah, trofi itu telah menyedot lebih dari 10.000 orang untuk hadir, melihat dari dekat trofi tersebut serta berfoto bersama. Tidak hanya laki-laki, melainkan juga beberapa perempuan dan anak-anak.
Hamza Samara, salah seorang fans yang datang bahkan membawa anaknya untuk berfoto dengan piala tersebut.
“Aku telah melihat Piala Dunia di televisi sepanjang hidupku tapi melihatnya di dunia nyata dan mengembil foto, tentu saja itu sesuatu yang berbeda,” tuturnya seperti dikutip dari vanguargr
Ia pun menambahkan bahwa hari ini yang ia lihat merupakan suasana dan atmosfer yang sangat menggembirakan. Apalagi di tengah kondisi di Palestina yang dilanda konflik.
Hamza tentu saja tidak sendirian, masih banyak sosok lain, para penggemar sepakbola lain di Palestina karena olahraga ini begitu populer, sama seperti halnya di negara timur tengah lain.
Dunia islam pekan ini di Indonesia juga dihebohkan dengan Jaringan Saracen Baru, yang kerjaannya membuat hoaks dan menyebarkan kebencian. Polisi menangkap empat pelaku dugaan provokasi kebencian di dunia maya. Sindikasi ini tergabung dalam grup aplikasi berbasis pesan bernama The Family MCA.
Hal itu dijelaskan oleh Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Kepolisian, Brigjen Pol Fadil Imran, Selasa (27/8). Dalam keterangannya, ada empat tersangka yang tergabung dalam grup tersebut ditangkap di empat tempat berbeda. Lalu, beberapa hari kemudian juga tertangkap dua orang lagi dan sisanya masih dalam buron.
“Isu seperti kebangkitan PKI: Penculikan Ulama, Fitnah terhadap presiden, pemerintah dan tokoh-tokoh tertentu,” tutur Fadil seperti dikutip Antara.
Ia mengatakan, para tersangka dijerat dugaan pelaku penyebaran informasi bohong dan penyebaran kebencian.
“Mereka menyebarkan virus yang sengaja dikirimkan kepada orang atau kelompok lawan yang dapat merusak,” tuturnya.
Fadil juga menambahkan, menurut penyelidikan polisi, family MCA ini kerap menyebarkan berita bohong dan ujaran kebencian.
“Sebagaimana dimaksud dalam pasal 45A ayat (2) Jo pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan/atau pasal Jo pasal 4 huruf b angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan/atau pasal 33 UU ITE,” jelasnya.
Hal yang lebih miris lagi, pelakunya tidak hanya hanya orang awam, seorang dosen pun bisa jadi penyebar hoaks. Salah satu pelaku itu juga tergabung dalam grup Muslim Cyber Army dan merupakan dosen salah satu universitas di Yogyakarta. TAW (40 tahun) mengaku berprofesi sebagai dosen bahasa dan sastra Inggris.
Berdasarkan penjelasan Direktur Reserse Kriminal Uum Polda Jabar, Kombes Umar Surya Fana, TAW merupakan orang yang telah menyebarkan berita hoaks pembunuhan muadzin masjid di Majalengka.
“Tersangka telah menyebarkan berita hoax tersebut hinga 150.000 postingan,” jelas Umar.
Peristiwa itu tentu saja menjadi penting untuk dicermati, apalagi mereka menggunakan embel-embel muslim, tapi justru yang dilakukan jauh dari nilai-nilai islam.
Ketua Umum MUI, KH. Maruf Amin untuk ikut bersuara. Menurut beliau, apa yang dilakukan MCA maupun organisasi sejenis yang mengatasnamakan muslim justru mencoreng nama islam.
“Jangan juga menggunakan nama Muslim kan dan yang penting jangan melakukan hoax itu supaya negara ini aman. Negara ini harus kita jaga kawal supaya keutuhan bangsa tetap terjaga,” kata Ma’ruf sebagaimana dikutip dari Kompas.
Bahkan, beliau sangat mendukung pihak kepolisian untuk memberangus para penyebar hoaks hingga ke akar-akarnya dan terus mencari dalang di balik mereka.
Selain hal itu, ada berita menggembirakan lain dalam dunia islam pekan ini, yakni pembangunan Pusat Peradaban Islam yang rencana akan dibangun di negeri ini. Indonesia dinilai cocok sebagai pusat peradaban islam yang baru.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Liga Muslim DUnia, Muhammad Abdul Karim, di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan, tak lama, pusat peradaban itu akan segera dibangun di Indonesia.
“(Pusat Peradaban) ini akan menjadi islam sejati yang mempromosikan moderasi dan toleransi sekaligus berperan untuk menghadapi ujaran kebencian dan segala jenis kekerasan,” tutur Abdul Karim (28/2) seperti dikutip dari Antara.
Rencananya, tempat ini akan dijadikan tempat berjumpa bagi agama dan aliran kepercayaan, tanpa adanya diskriminasi. Begitu juga akan menjadi rumah bagi pelbagai organisasi.
Pemilihan Indonesia sebagai tempat ini mengingat faktor penting Indonesia sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia. Selain itu, faktor lainnya adalah Indonesia dianggap representasi islam moderat dan memiliki toleransi beragama yang tinggi.
“Sebagai negara muslim moderat (Indonesia) agar tidak (jatuh) pada sektarian, karena kondisi ini sangat menyakitkan,” tambahnya.
Abdul Karim pun takut jika Indonesia juga turut jatuh menjadi zona perang jika konflik sektarian meninggi. Tentu saja kita mengenal pelbagai negara yang dilanda konflik seperti Suriah, Yaman, bahkan Palestina.