Indonesia mendapatkan berkah dengan kedatangan kembali Habib Umar bin Hafidz ke Indonesia. Beliau juga dijadwalkan mengunjungi beberapa tempat dan menemui para muridnya di Indonesia. Di antaranya, Jalsatudduat di Jakarta Islamic Centre, sholawatan bersama dengan MUI dan PBNU dan lain sebagainya.
Habib Umar bin Hapiz merupakan seorang ulama kharismatik asal Haramain dan merupakan salah satu keturunan langsung Nabi (habib) yang dicintai banyak orang sebab kepintaran dan ketawadhuan beliau.
“Islam itu menyatukan, bukan memecah belah umat. Mengajak kebaikan, harus dengan kebaikan, mencegah kemunkaran pun harus dengan kebaikan. Kerjakan amar ma’ruf nahi munkar dengan ma’ruf,” demikian di antara tausiyah guru umat Islam dunia, Al Habib Umar bin Hafizd dari Yaman dalam acara Jalsatuddu’at Pertama di JIC (Jakarta Islamic Center) Jakarta Utara, Ahad malam (15/10/2017).
Baca juga pidato lengkap Habib Umar di sini: Habib Umar: Islam Kita Menyatukan, bukan Memecah Belah Umat
Pidato pertama gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan, juga menuai banyak kontroversi. Kata ‘Pribumi’ yang ia gunakan saat berpidato dianggap menaikkan sentimen rasisme, juga dianggap mencederai rasa persatuan yang telah dipupuk lama. Meskipun Anies membela diri dengan mengatakan konteks pidato tersebut terkait era kolonial, tapi tetap saja hal tersebut membuat dirinya mendapat cibiran dari khalayak sebab diucapkan ketika kondisi masyarakat mulai terbelah karena pemilukada.
Di pekan ini juga masih ramai poligami yang dilakukan oleh Ustadz Arifin Ilham. Netizen Indonesia terbelah, ada yang setuju maupun yang kontra dengan alasan yang beragam pula. Bagi yang setuju, ini menganggap bahwa beristri lebih dari satu merupakan hal yang biasa. Apalagi jika mampu.
Masalahnya, apakah manusia bisa adil? Ini yang menjadi pertanyaan banyak orang, apalagi mulai banyak riwayat dan tafsiran berbeda terkait hal ini. Termasuk keenggaan Rasulullah dalam sejarah yang melarang Ali bin Abi Tholib memadu putrinya, Fatimah.
Selain itu, persoalan sila pertama ke-Esaan yang ditafsirkan tunggal oleh Eggy Sudjana mmasih senantiasa merisaukan banyak muslimin di Indonesia. Apalagi mereka yang percaya bahwa negara ini dibangun atas fondasi kebersamaan, bukan hanya islam semata, melainkan banyak juga agama lain. Hal ini menyulut perdebatan di kalangan akar rumput dan mulai mendiskusikan konsep tauhid dan pancasila. Kebanyakan menilai, Eggy Sudjana gagap sejarah dan terlali naif untuk mengatasnamakan islam. (Baca: Menjawab yang Maha Esa Eggy Sudjana)
Di dunia internasional, dunia islam mendapatkan berita menyenangkan, yakni kejatuhan ISIS di Raqqa. Daerah ini merupakan basis utama dan bisa dikatakan yang terakhir dimiliki ISIS. Laporan dari Guardian menyebutkan bahwa kejatuhan kota ini bisa menandakan bahwa era ISIS sudah mulai habis. Bahkan, dianggap ini adalah sisa-sisa jihadis dan milisi ISIS. Sisanya, diduga kuat telah kabur.
Meski begitu, banyak neggara masih harus berhati-hati mengingat sel-sel ISIS masih banyak, termasuk diduga berada di Indonesia. Marawi (Filipina), daerah ISIS paling dekat dengan Indonesia dan merupakan basis di Asia Tenggara, sudah jatuh tapi masih perlu untuk terus berhati-hati agar Indonesia tidak jatuh seperti halnya kota itu. Dan yang perlu diperhatikan, islam tidak pernah mengajarkan kekerasan seperti halnya yang dilakukan oleh ISIS.