Suatu hari, seorang kyai mengumpulkan santri-santri nya dan memberi petuah :
“Aku tidak melarang kalian berbuat dosa dan kesalahan karena manusia tempat dosa dan salah, tapi jangan berlebih-lebihan dan melampaui batas. Tuhan tidak senang dengan orang yang berlebih-lebihan ”
Sebagai manusia, melakukan dosa itu lumrah, berbuat salah itu wajar. Ketika kita melihat seorang melakukan kesalahan atau dosa tidak perlu dikutuk, dihujat atau dicaci-maki.
Para pendosa sejatinya butuh dirangkul dan ditunjukkan jalan menuju cahaya, bukan di caci-maki. Tuhan mengampuni sebesar apapun dosa manusia yang bertobat.
Suatu kisah, seorang pencuri masuk ke rumah seorang kyai yang cukup besar. Setelah puas mengambil barang berharga, ia mutar-mutar di rumah itu, tidak tau jalan keluar, saking besarnya rumah. Kemudian Si Kyai terbangun dan memergoki si pencuri.
Tentu saja , si pencuri ketakutan. Namun , alih-alih marah si kyai menunjukkan jalan keluar dan berpesan : “lain kali kalau butuh sesuatu minta saja, jangan mencuri”
Si pencuri langsung bersimpuh menangis dan minta maaf.
Hanya saja, Tuhan membenci orang yang berlebih-lebihan berbuat dosa. Mereka yang secara sadar dan disengaja melakukan dosa berulang-ulang. Segala nasehat, pitutur, dan sentuhan cinta diabaikan, bahkan dibantah.
Al Qur’an menggambarkan mereka seperti anjing yang menjulurkan lidah. Diberi nasehat atau tidak diberi nasehat, sama saja, tetap menjulurkan lidah. Hati mereka keras melebihi kerasnya batu.
Semoga kita tidak termasuk orang yang berlebih-lebihan dalam berbuat dosa.