Suatu hari Nabi Musa AS masuk ke daerah kekuasaan Raja Fir’aun, yang saat itu disebut sebagai Memphis atau Ain Syams. Saat itu terjadi perselisihan antara laki-laki Ibrani dengan seorang dari Bani Israil. Tidak ada yang tahu perselisihan antara dua orang tersebut, karena waktu itu adalah waktu istirahat. Mereka berdua berkelahi dan saling memukul antara satu dan lainnya.
Melihat ada Nabi Musa di dekatnya, laki-laki Ibrani itu kemudian meminta tolong kepada Nabi Musa AS. Nabi Musa pun mendatangi keduanya dan membantu laki-laki Ibrani, kaumnya. Laki-laki Ibrani itu meminta Nabi Musa AS untuk mengalahkan laki-laki dari Bani Israil.
Nabi Musa terpaksa menerima permintaan tolong dari laki-laki Ibrani itu. Nabi Musa pun membantu laki-laki Ibrani itu dengan meninju laki-laki Bani Israil itu. Tak kuat menahan tinjuan Nabi Musa AS, laki-laki Bani Israil itu kemudian menghembuskan nafas terakhirnya, ia meninggal dunia.
Merasa tidak ada niatan untuk membunuh laki-laki Bani Israil itu, Nabi Musa AS pun menyesal sejadi-jadinya. Dalam buku Doa Harian yang Dianjurkan Para Nabi dan Orang Saleh, Quraish Shihab menyebutkan bahwa Nabi Musa menyesal dan berkata, “Apa yang aku lakukan ini adalah salah satu dari perbuatan setan yang selalu mendorong kepada kejahatan dan kesalahan. Sesungguhnya ia adalah musuh abadi manusia yang menyesatkan siapapun yang lengah lagi nyata permusuhan dan penyesatannya.”
Nabi Musa AS pun berdoa, sebagaimana disebutkan dalam Q.S al-Qashash [28]: 16,
رَبِّي إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْلِي
Rabbi ini dzolamtu nafsi, faghfirli.
“Tuhan Pemeliharaku, sesugguhnya aku telah menganiaya diriku, karena itu, ampunilah aku.”
Wallahu a’lam.