Dzun Nun al Misri adalah sufi dengan kisah-kisahnya yang unik. Salah satunya adalah ketika dirinya bertemu dengan Sa’dun , seorang “gila” dengan banyak kebijaksanaan. Saat bertemu dengan Sa’dun juga meminta nasihatnya:
Seorang sufi bernama zun Nun pada suatu malam melakukan tawaf di Ka’bah. Tiba-tiba dirinya bertemu dengan seorang yang juga melakukan tawaf.
Dalam tawafnya ia berucap : “ Wahai Tuhanku! Aku adalah hamba yang terbuang diantara makhluk-Mu. Aku memohon kepada-Mu hal-hal yang bisa mendekatkan diriku pada-Mu. Dan aku memohon kepadamu dengan perantaraan orang-orang terpilih disisi-Mu, siramilah diriku dengan gelas cinta-Mu, dan sibakkanlah tirai kebodohan dari hatiku, sehingga aku terbang dengan sayap-sayap rinduku kepada Mu dan berdialog kepadamu di sisi tiang-tiang kebenaran dianta taman-taman keagungan Mu.”
Kemudian orang misterius tersebut menangis, lalu tertawa. Setelah itu ia pergi. Dengan rasa penasaran Dzun Nun mengikuti orang tersebut. Tampak ia menelusuri jalan-jalan kota Mekah yang rusak.
Tak lama kemudian ia menoleh ke Dzun Nun dan berkata,” Apa yang engkau lakukan dengan mengikutiku. Tidakkah engkau mempunyai kesibukan lain?”
Dzun Nun balik bertanya,” Siapakah nama Anda, semoga Allah merahmatimu?”
“Aku adalah hamba Allah,” jawabnya singkat.
“Anak siapa?” ujar Dzun Nun bertanya lagi.
“Anak hamba Allah,” katanya.
Kemudian Dzun Nun berkata,” Aku tahu bahwa seluruh makhluk adalah hamba Allah dan anak hamba Allah. Namun siapa namamu?”
“Namaku Sa’dun,” ujarnya.
“Kamu orang yang dianggap gila,” kata Dzun Nun. Kemudian sufi ini bertanya lagi,” Siapakah yang lewat perantaraan mereka engkau memohon kepada Allah?”
Dia menjawab,” Mereka adalah kaum yang menuju Allah dan telah terbuka tabir cintanya, dan mereka merasa takut kepada Allah, seperti rasa takut kepada malaikat zanabiyah.” Setelah itu ia bertanya lagi,” Bukankah engkau Dzun Nun.”
Dzun kemudian mengangguk. Dia kemudian berkata,” Wahai Dzun Nun aku dengan engkau sering memberi nasehat ilmu, maka berikanlah kepadaku ilmu tentang makrifat kepada Allah.”
“Engkaulah yang lebih layak menularkan ilmu,” jawab Dzun Nun.
“Hak orang yang bertanya adalah dijawab,” katanya. Ia pun kemudian bersyair :
Hati para arif selalu rindu
hingga bida dekat dengan-Nya setiap saat
ia jerihkan cinta kepada Tuhannya
tiada yang dicintainya selalu
selain Dia