Sejak wafatnya Rosulullah SAW, tonggak kepemimpinan umat Islam selalu silih berganti. Baik itu ketika berada di bawah kendali Khulafa’ al-Rosyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan seterusnya. Dimana Pada setiap fase ini lah, Islam selalu mengalami perkembangan dan berbagai kemajuan disegala sector.
Salah satu perkembangan dan kemajuan umat Islam serta menjadi masa keemasan Islam, yaitu pada abad ke-8 sampai dengan abad ke-12. Dimana pada masa ini, ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang pesat dan mencapai puncaknya. Pada masa ini juga, umat Islam menjadi pusat peradaban dunia, karena perhatiannya yang sangat besar terhadap keilmuwan. Tidak hanya dari sisi ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan umum dan lain sebagainya.
Pada masa ini lah, para tokoh dan ilmuwan besar Islam bermunculan. Seperti al-Kindi, al-Khawarizmi, al-Razi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni, al-Ghazali dan sederetan ilmuwan besar Islam lainnya. Dalam pandangan Sayyed Hossein Nasr, para figur-figur ini beliau sebut sebagai figure universal ilmu pengetahuan Islam. Munculnya ilmuwan-ilmuwan besar di berbagai bidang ini, tidak terlepas dari peran pemerintahan Islam pada waktu itu yaitu dinasti Abbasiyah.
Peralihan kekuasaan dari tangan dinasti Umayyah ke dinasti Abbasiyah, adalah peristiwa terpenting dalam sejarah peradaban Islam. Hal tersebut dikarenakan tidak hanya mampu memunculkan zaman keemasan, tetapi juga sebagai titik balik dari roda perputaran peradaban dunia.
Perkembangan sains yang begitu pesat pada zaman dinasti Abbasiyah, tidak lain karena para pemimpinnya sangat mencintai ilmu. Sehingga pemerintah selalu mendukung berbagai gagasan yang muncul dari tokoh-tokoh Islam pada waktu itu. Selain itu, para pemimpin pada waktu itu, juga membangun infrastruktur untuk mendukung berkembangnya dunia sains dalam Islam.
Beberapa bukti bahwa pemerintahan di masa dinasti Abbasiyah membangun infrastruktur, dalam upaya mendukung perkembangan sains dan kemajuan peradaban Islam adalah dibangunnya kota Baghdad, yang kemudian menjadi pusat dan kiblat peradaban dunia. Kemudian didirikannya perpustakaan, yang menjadi pusat-pusat telaah dan referensi ilmu pengetahuan dan juga pusat diskusi ilmu pengetahuan, perpustakaan tersebut bernama Baitul Hikmah.
Di Baitul Hikmahlah, pemimpin dinasti Abbasiyah waktu itu al-Makmun (813-833 M) mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan yang berbahasa selain bahasa arab, dan kemudian memerintahkannya untuk diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Dan pada zaman inilah, muncul filosof besar Islam seperti al-Kindi.
Selain itu, pada masa dinasti Abbasiyahlah tepatnya pada era khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dibangun industri kertas, yang menjadi bukti akan kemajuan peradaban Islam pada saat itu. Pembangunan industri kertas yang ada di Baghdad dan Samarkand, serta kota-kota lain adalah upaya untuk menopang agar sains pada waktu itu bisa berkembang dengan pesat.
Dengan adanya industry kertas ini, kemajuan peradaban Islam cepat mencapai pada puncaknya. Dan sekaligus membantu gerakan penerjemahan besar-besaran dinasti Abbasiyah, dalam mengarsipkan terjemahannya ke dalam sebuah buku.
Dinasti Abbasiyah adalah pilar utama perkembangan sains dalam peradaban Islam, walaupun pada masa sebelunya sudah dimulai dengan pembangunan rumah sakit dan lain sebagainya. Namun pada masa dinasti Abbasiyahlah, ilmu-ilmu pengetahuan umum berkembang sangat pesat. Hal ini tidak lepas dari gerakan pernerjemahan besar-besaran, yang dilakukan pada masa dinasti Abbasiyah dan juga factor lainya .
Eksistensi literature-literature dalam bidang filsafat, kesusastraan, teologi, farmasi, matematika, kimia dan ilmu pengetahuan lainnya. Adalah dampak dari adanya gerakan penerjemahan besar-besaran, yang dilakukan oleh pemimpin dinasti Abbasiyah pada waktu itu.
Beberapa factor yang mendukung kemajuan sains pada dinasti Abbasiyah, adalah factor asimilasi yang telah terjadi dikalangan bangsa arab dengan bangsa lain, yang telah lebih dahulu mengalami perkembangan dengan ilmu pengetahuan. Dimana pada masa dinasti Abbasiyah berkuasa, banyak pemeluk agama Islam yang datang bukan dari kalangan arab saja.
Selain faktor di atas, faktor lain yang mendukung adalah adanya gerakan penerjemahan di masa pemerintahan dinasti Abbasiyah. Gerakan penerjemahan dimasa dinasti Abbasiyah terjadi dalam tiga fase, dimana fase pertama terjadi ketika masa khalifah al-Manshur sampai Harun al-Rasyid, yang menerjemahkan karya-karya astronomi dan mantiq. Fase kedua terjadi masa khalifah al-Makmun, dimana pada masa ini buku-buku seperti filsafat dan kedokteran banyak diterjemahkan. Adapun fase ketiga terjadi setelah tahun 300 hijriyah, terutamanya setelah adanya industri kertas.
Dari kedua factor di atas, yang paling penting adalah factor perhatian dari para pemimpin dinasti Abbasiyah. Peran aktif dan kesadaran dari para khalifah Abbasiyah, khususnya al-Manshur, Harun al-Rasyid, al-Makmun yang sangat mecurahkan perhatiannya pada pertumbuhan dan perkembangan sains pada waktu itu.
Keberadaan sains dan agama di masa dinasti Abbasiyah, menjadi perhatian yang sangat serius oleh para khalifah Abbasiyah pada waktu itu. Hal ini didasari keinginan untuk menciptakan perdamaian dunia dan kemaslahatan umat, dan juga sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan pemerintahan Islam yang disegani oleh dunia luar pada waktu itu.