Delegasi Muslim Partai Demokrat Ajak Aksi Saat Konvensi: Pakai Syal dan Kafiyeh Palestina

Delegasi Muslim Partai Demokrat Ajak Aksi Saat Konvensi: Pakai Syal dan Kafiyeh Palestina

Delegasi Muslim Partai Demokrat Ajak Aksi Saat Konvensi: Pakai Syal dan Kafiyeh Palestina
Beberapa pekerja mempersiapkan acara Konvensi Partai Demokrat 2024 di Chicago. (AP Photo/Paul Sancya)

Islami.co (Chicago) — Sekelompok delegasi Muslim pro-Palestina yang dikenal dengan nama “Delegasi Melawan Genosida” mendesak Partai Demokrat untuk menghasilkan tindakan nyata terkait krisis di Gaza dalam Konvensi Nasional Demokrat yang dimulai hari ini di Chicago. Kelompok ini merasa bahwa platform partai saat ini tidak cukup menanggapi pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Gaza.

Kelompok ini menganggap bahwa platform partai Demokrat yang dirilis pada pertengahan Juli kurang memadai untuk menangani krisis di Gaza. Mereka mengkritik platform tersebut karena tidak mencantumkan angka kematian lebih dari 40.000 warga Palestina yang menurut otoritas kesehatan Gaza tewas dalam serangan ofensif Israel yang cukup intens. Selain itu, mereka juga menilai bahwa platform itu tidak cukup untuk menghentikan pengiriman senjata AS ke Israel.

Kelompok “Delegasi Melawan Genosida” berencana untuk menggunakan hak kebebasan berbicara mereka secara aktif selama acara-acara utama Konvensi Nasional Demokrat yang berlangsung selama empat hari. Mereka mendorong para pendukung untuk mengenakan kefiyah Palestina dan membawa bendera Palestina sebagai simbol protes mereka. Selain itu, mereka juga berencana untuk berbicara di forum konvensi untuk menyuarakan tuntutan mereka.

Liano Sharon, seorang konsultan bisnis Yahudi dan delegasi yang menandatangani platform alternatif, ikut menyuarakan pentingnya tindakan partai yang lebih nyata.

“Kami merasa platform partai saat ini tidak mencerminkan keprihatinan mendalam kami terhadap situasi di Gaza. Kami tidak hanya ingin berbicara, tetapi juga mendorong tindakan nyata agar suara kami didengar,” ujar Sharon dikutip dari Reuters.

Sharon menambahkan bahwa kebebasan berekspresi mencakup hak untuk berdiri dan didengar, bahkan ketika otoritas memintanya untuk diam.

“Kami berharap tindakan kami dapat memaksa partai,” lanjutnya.

Tuntutan ini muncul di tengah ketegangan yang semakin meningkat terkait dengan posisi pemerintahan Biden terhadap Israel dan Gaza. Para delegasi berharap bahwa dengan mendorong untuk melakukan konvensi ulang, mereka dapat memastikan bahwa suara mereka didengar. Selain itu mereka berharap agar platform partai mencerminkan keprihatinan mereka terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan krisis kemanusiaan di Gaza.

Nadia Ahmad, seorang profesor hukum di Universitas Barry di Florida dan delegasi, menambahkan bahwa aksi mereka didukung banyak pihak.

“Meskipun kami merupakan bagian kecil dari keseluruhan delegasi, kekhawatiran kami banyak didukung oleh anggota partai lainnya, terutama generasi muda yang merasa terasing dari partai. Kami ingin memastikan bahwa suara kami tidak diabaikan,” ujar Nadia.

Penyelenggara konvensi dan kampanye Harris belum memberikan komentar resmi mengenai tuntutan ini. Namun, dengan protes besar yang diperkirakan akan terjadi di luar konvensi, serta dorongan kuat dari kelompok pro-Palestina, isu ini dipastikan akan terus menjadi fokus perhatian dalam beberapa hari mendatang.