Suara takbir menggema ketika Deddy Corbuzier usai mengucapkan dua kalimat syahadat di Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta. Deddy memang sudah lama mempelajari agama Islam bersama Gus Miftah dan tampak mengenakan baju hitam dengan kacamata bersila. Ia menirukan lafadz tasyahhud dengan cukup tertata dan syahdu. Tapi, sebagai pesohor yang terkenal sinis dan rasional itu kenapa ‘mau’ dibimbing Gus Miftah dan masuk Islam?
Sebelum kita melihat alasan-alasan yang membuat Deddy terpincut sama agama Islam, tentu saja kita harus mengulik lebih dahulu siapa sosok Gus Miftah. Sosok bernama asli Miftah Maulana Abdurrahman atau biasa disapa ‘Abah’ oleh para warga dan santri ini merupakan sosok ulama muda yang belakangan cukup beken, khususnya ketika publik mulai tahu aktivitas dakwahnya di klub-klub malam dan kelompok marjinal lainnya.
“Gus Miftah tidak pernah menghakimi kami meskipun pekerjaan kami kotor dan hina. Hal-hal kecil ini yang membuat saya nyaman dan perlahan-lahan mulai ‘sadar’,” tutur Bunga (Bukan nama sebenarnya-red) yang berprofesi sebagai PSK itu pun mengaku sering mengaji kepada beliau.
Dalam pelbagai kesempatan, Gus Miftah kerap mengisahkan tentang konsep Islam Rahmatan Lil Alamin. Dan, kisah di atas merupakan salah satunya. Islam, menurut beliau, adalah agama yang memberikan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, bukan hanya kepada umat muslim belaka. Apalagi, hanya kepada orang baik saja atau terhadap golongan atau kelompoknya belaka. Islam lebih besar dari sekadar ini.
Momen ketika Deddy Corbuzier membaca dua kalimat syahadat yang dibimbing oleh Gus Miftah hari ini, 21 Juni 2019 ba'da shalat Jumat. Barakallah, om Deddy Corbuzier Semoga Allah senantiasa tetapkan iman Islam kita hingga akhir hayat. Aamiin pic.twitter.com/5rQrwo8MiU
— NU Online (@nu_online) June 21, 2019
Untuk menjelaskan konsep Islam sebagai agama yang penuh rahmat ini Ia kerap mengisahkan kisah Ibrahim yang ditegur karena dianggap terlalu eksklusif. Jadi, ceritanya, Nabi Ibrahim merupakan sosok yang alim dan begitu sayang oleh Allah. Suatu ketika, ia memberi makan begitu banyak orang dan orang-orang, khususnya yang menyembah Allah. Lalu, suatu ketika ada seorang datang minta makan dan ditanya, apakah ia menyembah Allah juga? Ia menggelengkan kepala.
Nabi Ibrahim pun tidak memerbolehkan orang itu makan seperti orang-orang lain. Seketika itu pula, Ibrahim ditegur oleh Allah dan membuat beliau menangis dan tersadar.
“Allah saja tidak membedakan-bedakan status orang, baik menyembah-Nya atau tidak. Tetap ia kasih makan, dikasih rizki, diberi cinta, kenapa kamu (Ibrahim-red) tidak melakukannya?” tutur Gus Miftah.
Video tentang Gus Miftah bisa dengan mudah kita lacak melacak di youtube dan kita bisa menjumpai pengalaman orang bersamanya. Dari pembawaannya, tentu saja, kita akan begitu cepat akrab dan memahami bagaimana Deddy Corbuzier bisa tampak dengan mudah bisa berkawan baik dengan Gus Miftah. Bahkan, keduanya, juga kerap berkolaborasi untuk membicarakan pelbagai hal yang berkaitan dengan agama Islam dan situasi terkini yang beririsan dengan keduanya.
Salah satu contoh dialog yang cukup menarik antara kedua orang ini yakni tentang budaya dan agama. Agama dan budaya memang disalahtafsirkan oleh banyak pihak dan kerap mengundang perdebatan. Konsepsi ini sebenarnya menunjukkan cara berpikir Islam Rahmatan lil Alamin yang menjadi landasan dakwah Gus Miftah, begini dialognya:
“Saya resah belakangan ini, antara agama dan budaya, bagaimana kedua hal itu. Lalu bagaimana tentang kopiah dan baju koko?” tanya Deddy.
Gus Miftah pun tersenyum. Lalu menjawab dengan santai,”Jadi, banyak yang bingung bedakan antara agama dan budaya. Yang benar, membudayakan agama bukan meng-Agamakan budaya,” jawab Gus Miftah.
Gus Miftah pun menjelaskan lebih lanjut hubungan kedua hal tersebut. Ia mencontohkan ketika Islam datang tidak cara berpakaian dan lain sebagainya harus ikut Arab seperti sorban dan semacamnya. Sama kayak kopiah di Indonesia yang tidak hanya milik islam tapi sudah menjadi songkok nasional, identitas budaya nasional.
“Menutup aurat dalam Al-Quran itu perintah agama. Tapi cara menutupnya adalah budaya. kalau perintah itu datang ke Arab, tutup auratmu maka ya berpakaian seperti sana. tapi kalau di Indonesia? ya boleh pakai sarung, songkok dan seterusnya,” terangnya.
Keduanya juga tidak dialog sekali-dua kali saja. Bahkan sudah hampir setahunan ini mereka kerap berdiskusi tentang agama, khususnya tentang konsep Islam sebagai agama yang tetap sesuai dengan konteks kehidupan hari ini dan relevan dengan zaman. Ada nukilan dialog begini dan saya kira mewakili konsep Islam Rahmatan Lil Alamin yang membuat Deddy Corbuzier menganggukkan kepala terhadap penjelasan Gus Miftah.
Dialog ada di youtube Deddy Corbuzier dan tampak mereka sedang menikmati makan berdua laiknya dua sahabat karib. “Bro, Lu kenapa kebuka sekali soal perbedaan (antara Islam-agama lain dst) ini? kan ada orang banyak yang enggak seperti itu?” tanya Deddy.
Dengan santai, Gus Miftah menimpali. “Karena Rasulullah menyuruh itu. Islam yang dibawa beliau itu Rahmatan Lil Alamin, rahmat untuk dunia. Bukan untuk muslimin belaka. keberadaan Rasul itu untuk semua umat manusia, tanpa terkecuali.
Deddy Corbuzier pun berdiam sejenak, ia tampak memandang Gus Miftah dengan seksama dan menghentikan makannya. Keduanya lalu tertawa kecil. Beberapa bulan kemudian, ia menjadi mualaf.