Ada yang bertanya, dari mana Rasulullah mendapatkan uang untuk pendanaan hidup dan dakwah beliau? Tidak bisa dipungkuri dalam menjalankan misi dakwah butuh pada pendanaan. Paling tidak biaya untuk makan sehari-hari dan biaya perjalanan. Meskipun demikian, tidak layak seorang pendakwah pasang tarif atau minta bayaran dulu sebelum naik mimbar. Kalau tidak sesuai bayarannya marah-marah dan tidak mau lagi diminta ceramah. Karena bagaimanapun dakwah tidak sama dengan jual-beli.
Dalam berdakwah tentu panutan kita adalah Rasulullah dan para sahabatnya. Semasa hidup Rasulullah, beliau tidak pernah minta bayaran kepada masyarakat Arab. Begitu pula para sahabat. Belum ditemukan fakta sahabat Nabi yang minta bayaran dulu sebelum berdakwah.
Tapi bukan berati Nabi dan Sahabat tidak butuh makan dan minum. Sebagai manusia biasa mereka tentu butuh biaya hidup, paling tidak makan, kendaraan, dan tempat tinggal. Dari mana mereka mendapatkannya?
Kiai Ali Mustafa Yaqub dalam buku Sejarah dan Metode Dakwah Nabi mengakui agak sulit menelusuri sumber dana dakwah Rasulullah dan sahabat. Tapi paling tidak, dari beberapa temuan yang ada, sumber dana dakwah Rasul dan sahabat berasal dari tiga sumber:
Pertama, zakat dan jizyah. Muadz bin Jabal termasuk salah satu pendakwah yang diutus Rasulullah. Selama berada di negeri orang pasti Muadz butuh biaya hidup. Waktu itu, biaya hidup Muadz diambil dari harta zakat yang dikumpulkannya. Sebab, selain berdakwah Muadz juga ditugaskan untuk mengambil harta zakat.
Kedua, Baitul Mal juga menjadi salah satu sumber dana dakwah. Hal ini sebagaimana tampak pada saat Umar bin Khattab mengutus Abdullah bin Mas’ud untuk berdakwah ke Kufah. Umar mengirim surat kepada warga Kufah yang salah satu isinya menegaskan bahwa biaya hidup Abdullah bin Mas’ud sudah ditanggung Baitul Mal.
Ketiga, selain dua sumber di atas, biaya dakwah juga ditanggung para dermawan atau donatur. Misalnya, ketika Mush’ab bin ‘Umair dakwah di Madinah, ia tinggal bersama Sa’ad bin Zurarah. Selama berada di rumah Sa’ad tentu biaya hidup Mush’ab ditanggungnya.
Kendati ada biaya dakwah, tentu jumlahnya tidak banyak. Malahan Rasulullah lebih sering lapar daripada kenyang. Begitu juga para sahabatnya. Tapi kekurang finansial tidak melemahkan semangat dakwah mereka. Karena mereka sudah terbiasa hidup zuhud, sederhana, dan tidak memikirkan materi.