Bisa jadi, anda adalah seorang yang gemar makan langsung menggunakan tangan, alias tanpa menggunakan alat semacam sendok, atau dalam Bahasa Jawa diistilahkan “muluk”. Muluk menjadi hobi tersendiri bagi sebagian orang sebab alat semacam sendok, tidak semudah jari jemari dalam mengatur makanan yang hendak dimasukkan ke dalam mulut. Hadis Nabi beberapa kali menyinggung perihal muluk.
Di antaranya, diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا
“Ketika salah seorang kalian memakan makanan, maka jangan mengusap tangannya sampai ia menjilatinya atau meminta orang lain menjilatinya.”
Dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan:
إِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِى أَيِّهِ الْبَرَكَةُ
“Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian mana dari makanan kalian terdapat berkah.”
Hadis di atas memperlihatkan perhatian besar Islam terhadap berkah dalam makanan. Berkah dapat diartikan kebaikan yang terus bertambah. Keberkahan diletakkan oleh Allah pada banyak hal yang sering tidak disadari oleh manusia. Tentu kita menginginkan suatu kebaikan yang terus berkembang. Tidak yang habis sekali pakai layaknya makanan yang habis saat dimakan, tanpa membuat tubuh menjadi lebih semangat dalam bekerja maupun beribadah kepada Allah.
Berkah dalam makanan tidak ada yang tahu pada bagian mana Allah meletakkannya. Bisa saja, ia ada pada sebutir nasi yang tak sengaja kita jatuhkan dan enggan kita pungut kembali. Sehingga menjadi rezki bagi semut yang membawanya. Oleh sebab itu, ulama’ memberi kesimpulan hukumnya makruh menjatuhkan makanan. Sehingga andai kata ada satu suapan terjatuh lalu terkena kotoran, hendaknya suapan itu diambil dan dimakan.
Dalam hadis di atas, bentuk usaha memperoleh berkah adalah menjilati jari-jemari yang dipakai untuk mengambil makanan, atau dalam istilah jawa “ngelamuti”. Sampai-sampai, andai kita sendiri enggan untuk melakukannya, orang bisa melakukannya, yaitu menjilati jari jemari kita. Rasa malu yang mungkin tersimpan di hati, tidak akan sebanding dengan balasan berkah yang dijanjikan oleh Allah.
Di lain sisi, memperoleh makanan maupun kesempatan memakan sesuatu adalah nikmat dari Allah. Nikmat tersebut perlu disyukuri. Dan mengambil makanan yang terjatuh maupun menjilati makanan yang tersisa di jari jemari merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah.
Imam Ibn Hajar dalam Fathul Bari; Syarah Sahih Bukhari menyatakan bahwa dalam Kitab al-Ausath karya ath-Thabrani disebutkan cara Nabi Muhammad menjilati jari-jari beliau. Beliau makan dengan tiga jari, yaitu ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, memulai menjilati dimulai dari jari tengah, kemudian jari telunjuk dan berlanjut ke ibu jari.