Cuaca Dingin Mencekam Warga Gaza, Enam Bayi Meninggal Imbas Hipotermia

Cuaca Dingin Mencekam Warga Gaza, Enam Bayi Meninggal Imbas Hipotermia

Cuaca Dingin Mencekam Warga Gaza, Enam Bayi Meninggal Imbas Hipotermia
Jalur Gaza telah menjadi “kuburan” bagi anak-anak di tengah serangan tanpa henti Israel terhadap wilayah tersebut, ujar Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Rabu (20/11/2024). ANTARA/Anadolu/py

GAZA, ISLAMI.CO – Warga Gaza Palestina tiada hentinya harus melawan penderitaan serangan Israel. Berbagai ancaman ada di sekitar mereka, selain senjata perang ada kelaparan hingga kedinginan mencintai mereka.

Aljazeera melaporkan, pada Rabu 1 Januari 2025, hampir sepekan lalu terdapat enam bayi meningggal dunia akibat kedinginan.

Bayi-bayi tersebut meninggal dengan kondisi dingin yang menggigil di tenda-tenda pengungsian yang sangat tidak layak.

Cuaca dingin yang menyelimuti Gaza mengakibatkan tewasnya bayi kembar Jumaa al-Batran dan Ali al-Batran. Jumaa al-Batran bayi berusia 20 hari itu meninggal karena flu parah, ia terserang hiportemia di daerah pengungsian Palestina yang dikepung Israel.

Baca juga : Israel Kembali Serang Gaza, 53 Warga dan Jurnalis Tewas

Ayah Jumaa, Yahya al-Batran menceritakan putranya yang berusia 20 hari meninggal dalam kondisi kepala “sedingin es” ketika dia bangun di hari Minggu.

Dia mengatakan si kembar lahir prematur satu bulan dan hanya menghabiskan satu hari di kamar bayi di rumah sakit di Deir el-Balah.

Seorang dokter telah menyuruh mereka untuk menghangatkan bayi-bayi yang baru lahir tetapi itu sangat mustahil. Mereka tinggal dipengungsian yang jauh dari kata layak, suhu secara teratur turun di bawah 10 derajat Celcius (50 derajat Fahrenheit) pada malam hari.

“Kami terdiri dari delapan orang, dan kami hanya memiliki empat selimut,” kata al-Batran dikutip Aljazeera pada Rabu (01/01/2025).

Yahya menambahkan, suasana di pengungsian begitu mencekam tetesan embum merembes melalui penutup tenda dalam semalam.

“Lihat warnanya karena dinginnya. Apakah Anda melihat betapa bekunya dia?” kata Yahya al-Batra.

“Tidak ada listrik. Airnya dingin, dan tidak ada gas, pemanas, atau makanan. Anak-anak saya sekarat di depan mata saya, dan tidak ada yang peduli. Jumaa telah meninggal, dan saya khawatir saudaranya Ali akan menyusul.” cerita Yahya al-Batran.

Kekhawatiran bapaknya pun terjadi, sehari kemudian Ali al-Batran menyusul kematian saudara kembarnya Jumaa al-Batran. Ali al-Batran yang berusia satu bulan meninggal pada hari Senin di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza tengah.

Hind Khoudary dari Al Jazeera mengatakan daerah di mana keluarga al-Batran berlindung “sangat dekat dengan laut dan sangat berangin”.

“Tidak ada terpal atau tenda, dan ayah Jumaa tidak dapat memberikan kebutuhan pokok kepada anak-anaknya,” katanya. Tidak hanya bayi dan anak-anak Palestina yang meninggal akibat serangan udara dan artileri, tetapi juga karena kekurangan gizi dan hipotermia.

Pasukan Israel telah menggusur hampir semua dari 2,3 juta penduduk Gaza, memaksa puluhan ribu dari mereka mengungsi ke tenda-tenda darurat di kamp-kamp terbuka di sepanjang pantai yang hujan dan berangin.

Baca juga : Israel Kepung Rumah Sakit di Jalur Gaza, Satu Keluarga Tewas Kena Serangan Udara

Seorang dokter di Rumah Sakit bersalin Al-Tahreer di Khan Younis mengabarkan dalam setiap harinya, rata-rata ia melihat ada lima hingga enam kasus hiportemia yang menimpa bayi-bayi malang di Palestina.

Saya mengunjungi tenda-tenda tempat tinggal bayi-bayi ini, dan saya melihat kondisinya. Ini menyedihkan,” kata Alfaraa seperti dikutip dari al-Jazeera.

Sejak perang dimulai dari bulan Oktober tahun lalu, warga Gaza Palestina diterpa kesengsaraan yang bertubi-tubi, mereka kekuarangan listrik, air minum, makanan dan layanan medis yang kurang layak. Mereka telah dipaksa keluar dari rumah mereka dan mengungsi berkali-kali.