Siapa yang tak mau kaya raya? Hampir semua orang mau. Crazy rich, bahkan menjadi salah satu tren. Sehingga beberapa orang berlomba menampilkan dirinya di media sosial sebagai orang kaya. Padahal menjadi kaya raya tak harus demikian. Dalam khutbah Idul Fitri 1443 H ini akan dijelaskan bagaimana menjadi kaya raya dengan cara memperbanyak saudara.
Berikut teks lengkap khutbah hari raya Idul Fitri 1443 H berjudul Menjadi Kaya Raya dengan Bersaudara
- Khutbah Idul Fitri 1443 H (Khutbah Pertama)
الله أَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله أَكْبَرُ الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله ُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Manusia diciptakan bermacam-macam: dengan berbagai suku, warna kulit, dan juga tingkatan ekonomi. Tidak lain tidak bukan adalah hanya untuk saling mengenal satu sama lain. Sedangkan salah satu tujuan kita mengenal satu sama lain adalah agar kita bisa saling bersaudara.
Kita tentu ingat kisah maupun sejarah saat pertama kali kaum Anshar menerima kaum Muhajirin. Rasulullah SAW mempertemukan mereka dan mempersaudarakan mereka. Setiap kaum Anshar yang kaya dipertemukan dan dipersaudarakan dengan satu kaum Muhajirin. Keputusan Rasul ini berdampak besar bagi psikologi orang Muhajirin. Mereka datang ke Madinah dengan meninggalkan harta benda yang dimilikinya, namun saat sampai di Madinah, mereka mendapatkan sesuatu yang tak diduga. Mereka memang tidak mendapatkan harta benda, tidak mendapatkan ganti rugi atas harta-harta, emas-emas, peternakan, dan perkebunan yang mereka tinggalkan. Tapi mereka mendapatkan ganti yang lebih besar dari pada itu semua, yaitu saudara.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Pertanyaannya adalah mengapa Rasulullah SAW tidak memberi jaminan harta benda bagi kaum Muhajirin yang meninggalkan harta-harta mereka, malah memberikan saudara kepada mereka?
Pertama, jika orang-orang Muhajirin dijanjikan harta, mereka akan berhijrah ke Madinah karena mengharapkan harta, bukan dari keinginan mereka sendiri. Hal ini tidak dikehendaki Rasul, bahkan Rasul SAW mewanti-wanti bagi siapapun yang ingin berhijrah dengannya agar menata niatnya.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya, “Sesungguhnya sebuah amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sejatinya hasil (yang akan diperoleh oleh) seseorang itu juga tergantung pada niatnya. Siapapun yang niat berhijrahnya karena Allah SWT dan Rasul-Nya, maka hijrahnya mendapatkan balasan dari Allah dan Rasul-Nya. Siapapun yang berhijrah karena ingin mendapatkan harta atau menikahi perempuan, maka ia hanya akan mendapatkan yang ia niatkan.”
Dengan keikhlasan dan niat yang timbul dari hati terdalam tersebut, maka hijrahnya para sahabat Muhajirin tidak akan dapat dipengaruhi oleh siapapun kecuali kepentingan agamanya.
Kedua, tujuan Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar adalah agar saling menjaga satu dengan yang lain. Menjaga jika kaum Muhajirin membutuhkan sesuatu di tempat yang asing baginya, maka sahabat Anshar pun menyediakan. Sebaliknya, jika kaum Anshar membutuhkan bantuan, maka kaum Anshar siap untuk membantu.
Inilah pentingnya saudara, bahkan lebih penting dari pada harta dan persoalan duniawi. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah sabdanya bahwa semua muslim itu bersaudara, maka semua muslim harus menjaga harta dan nyawa muslim yang lain.
إنّ كُلّ مُسْلِمٍ أخُو المُسْلِمِ، وإنّما المُسْلِمُونَ إخْوَةٌ، ولا يَحِلّ لِامْرِئٍ مُسْلِمٍ دَمُ أخِيهِ ولا مالُهُ،
Artinya, “Sesungguhnya setiap muslim saudara muslim lain. Semua muslim adalah bersaudara. Maka, tidak halal bagi muslim darah dan harta saudara.”
Itulah fungsi saudara. Saling menjaga satu sama lain. Tidak ada harta yang lebih berharga dibandingkan saudara. Sekaya apapun seseorang, jika ia tidak memiliki saudara, maka sejatinya tak memiliki apapun, sebaliknya, orang miskin jika tidak memiliki “saudara” maka ia semakin miskin. Mengapa demikian?
Orang kaya jika ia hanya menggunakan kekayaannya untuk dirinya sendiri, tidak ingin berbagi kepada orang lain, maka ia bukanlah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena sejatinya saudara yang baik adalah saudara yang memperhatikan saudaranya yang lain. Bahkan dalam hal zakat dan sedekah pun, Rasul menganjurkan untuk memberikan kepada orang yang terdekat kita, dimulai dari saudara kita.
Orang miskin jika ia masih memiliki saudara, dan menjaga hubungan baik dengan saudaranya, maka ia masih akan tetap terjamin kehidupannya, minimal makan dan minumnya. Itulah fungsinya saudara, lebih penting daripada harta benda.
Rasul SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Iraqi yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik:
مَنْ ذُكرَ عنده أخوه المسلمُ وهو يستطيعُ نَصرَهُ أدركه اللهُ بها في الدُّنيا والآخرةِ ومَنْ ذُكرَ عنده أخوه المسلمُ فنَصرَه نَصرَه اللهُ تعالى في الدُّنيا والآخرةِ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan hati dan jiwa.
ليسَ الغِنَى عن كَثْرَةِ العَرَضِ، ولَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
Artinya, “Kekayaan yang sesungguhnya bukanlah kaya harta, melainkan kaya jiwa.” (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Apa yang dimaksud dengan kaya Jiwa? Hal ini bisa kita lihat dari berbagai syarh ulama. Menurut para ulama, hadis ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki harta kekayaan, melainkan menggunakan kekayaan itu untuk berbagi kepada yang lain, dan tidak merasa kurang dengan harta yang dimiliki saat ini sehingga selalu mengejar harta dan menanggalkan akhirat.
Dalam kisah lain, Abu Dzar pernah ditanya Rasul terkait siapa orang yang kaya.
يا أبا ذَرٍّ ! أَتَرَى أنَّ كثرةَ المالِ هو الغِنَى ؟ إنما الغِنَى غِنَى القلبِ ، والفقرُ فقرُ القلبِ ، مَن كان الغِنَى في قلبِه ، فلا يَضُرُّه ما لَقِيَ من الدنيا ، ومَن كان الفقرُ في قلبِه ، فلا يُغْنِيهِ ما أُكْثِرَ له في الدنيا ، وإنما يَضُرُّ نَفْسَه شُحُّه
“Wahai Abu Dzar, tahukah kamu bahwa orang yang banyak harta itu orang kaya? Sesungguhnya orang yang kaya adalah kaya hati, sedangkan orang faqir adalah orang yang fakir hati. Orang yang memiliki kekayaan di hatinya, maka dunia tidak akan membahayakannya. Sedangkan orang yang fakir hatinya, ia tidak akan merasa cukup meski banyak harta. Sifat pelit dan membahayakannya.”
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Pada momentum yang penuh berkah ini, mari kita perkaya hati kita dengan berbagi, mempererat persaudaraan kita dengan sesama. Karena itulah kekayaan yang sejati, orang kaya yang sesungguhnya. Karena kaya raya sejatinya bukan dari harta, tapi dari kelapangan hati kita, keinginan kita untuk berbagi kepada sesama, dan menganggap harta yang kita miliki adalah bukanlah segala-galanya.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ – ١٠٣
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”
Ayat di atas menunjukkan bahwa kekuatan yang sesungguhnya adalah saudara. Oleh karena itu, saat ini adalah momen yang tepat. Momen yang tepat untuk menambal persaudaraan yang mungkin retak karena masalah sepele, tercerai berai karena urusan politik, terkikis karena perbedaan pandangan. Masalah, politik, dan perbedaan pandangan adalah hal yang sementara, sedangkan keluarga, saudara adalah selama-lamanya.
Demikian khutbah singkat ini, semoga bermanfaat, baik bagi diri khatib pribadi maupun bagi jamaah sekalian. Semoga amal ibadah kita selama Ramadhan, mendapatkan ridha dari Allah SWT. Amin ya rabbal-alamin.
جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
- Khutbah Idul Fitri 1443 H (Khutbah Kedua)
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ المحشر. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ فيا عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر