Putri Gus Dur, Yenny Wahid, akhirnya melabuhkan pilihan politiknya ke kubu Jokowi-Maruf pada gelaran Pilpres 2019 mendatang. Hal itu, ia utarakan sore ini di Jalan Kalibata Timur I, Jaksel (26/9).
“Pemimpin yang kami cari adalah yang mau gerak. Pemimpin yang dekat dengan masyarakat dan tidak berjarak. Pemimpin yang sederhana cara berpikirnya. Bangsa ini harus dipenuhi hak kebutuhan dasarnya,” tutur Yenny.
Yenny Wahid yang saat ini menjadi direktur Wahid Foundation juga menuturkan bahwa sikapnya ini dilandasi oleh pelbagai pertimbangan. Apalagi, menurutnya, ada banyak sekali kelompok di luar sana yang menginginkan sosok pemimpin yang dekat dengan mereka. Kelompok ini tidak hanya kader atau pendukung Gus Dur belaka atau yang kerap dikenal dengan Gusdurian, melainkan juga publik secara umum.
Gusdurian bisa siapa saja, asalkan meneladai visi dan sikap Gus Dur. Satu hal yang perlu digarisbawahi, tidak semua Gusdurian itu tergabung dengan Barikade Gus Dur yang memang memilih gerakan politik praktis dan berada di bawah naungan Yenny Wahid. Jaringan Gusdurian sebaliknya, ia tidak berpolitik praktis dan lebih memilih menemani masyarakat bawah. Gerakan ini dinahkodai Alissa Wahid (Putri Tertua Gus Dur).
Dua hal ini tentu berbeda dan memiliki konsekwensi masing-masing. Barikade Gus Dur berpolitik, Jaringan Gusdurian tidak. Hal ini penting untuk diketahui publik untuk tidak lagi menyamakan dua model gerakan yang diiniasi oleh putri-putri Gus Dur.
Yenny Wahid sadar betul akan pilihan politik ini. Dalam deklarasi tersebut, ia bahkan tidak menyebut Jaringan Gusdurian melainkan Gusdurian, lebih tepatnya Barisan kader Gus Dur, yang datang dalam acara deklrasi ini. Beberapa organisasi ini antara lain Forum Kyai Kampung Nusantara(FKKNU), Milenial Political Movement, Profesional Peduli Bangsa, Gerakan Kebangkitan Nusantara (Gatara) dan Barisan Kader Gus Dur (Barikade Gus Dur)
“Ada banyak kelompok-kelompok lain di luar sana. Dalam keluarga Gus Dur, saya (diamanatkan) mewakili dalam sifat politiknya,” tambah Yenny.
Alumnus Universitas Harvard itu juga menuturkan bahwa ibundanya, Bu Shinta Nuriyah, sendiri tidak turut mendukung salah satu dari dua kubu yang bertarung di Pilpres, baik itu Prabowo ataupun Jokowi.
“Ibu saya sendiri tidak akan ikut-ikutan karena beliau ibu bangsa, beliau tugasnya ‘menjewer’ kalau ada yang bandel dari kedua kubu,” ujar Yenny.
Pilihan dari Yenny Wahid dan Barikade Gus Dur ini akhirnya termaktub dalam sebuah deklarasi dukungan politik untuk mendukung Jokowi-Maruf yang dianggap dapat mampu menjaga NKRI dan dekat dengan nurani rakyat.
“Oleh karena itu, dengan mengucap bismillah, dengan ini kami menyatakan mendukung pasangan nomor 01, bismillah Presiden Jokowi akan kembali memimpin negeri ini,” tutupnya.
Pilihan Yenny Wahid yang akhirnya melabuhkan pilihan ke Jokowi ini disambut banyak pihak, khususnya para pendukung Jokowi-Maruf. Apalagi, sempat tersiar bahwa Yenny akan tergabung dalam tim Prabowo-Sandi.