Cerita Seorang Muslimah akan Ramalan Koin Vihara Vipassana Lembang

Cerita Seorang Muslimah akan Ramalan Koin Vihara Vipassana Lembang

Ini cerita perjalanan menyenangkan dari seorang muslimah, tentang ramalan dari sebuah tempat yang mungkin sering kamu dengar:Vipassana Graha di Lembang.

Cerita Seorang Muslimah akan Ramalan Koin Vihara Vipassana Lembang

Ini cerita tentang seorang muslimah yang jalan-jalan di Vipassana Lembang. Cerita tentang perjalanan dan menemukan banyak hal

Pernahkah kalian melewati jalan Kolonel Masturi Lembang, Bandung Barat? Tepatnya jalan menuju ke Resto The Peak, Sapulidi maupun Kampung Daun, terdapat sebuah bangunan berwarna putih berbentuk kerucut. Bangunan tersebut merupakan sebuah candi Maha Panca Bala yang terletak di dalam kompleks pusat meditasi Vipassana Graha.

Letaknya yang di kawasan Lembang membuat tempat tersebut menjadi sejuk dan sangat ideal untuk melakukan meditasi. Saat memasuki kawasan yang kira-kira seluas 2 hektar, terasa seolah-olah berada di Thailand. Di dalam vihara terdapat sebuah ramalan yang bernama perjalanan 108 Arahat. Ramalan itu, bukan hanya untuk umat Budha saja tetapi, untuk pengunjung yang lain juga. Pengunjung akan berjalan mengelilingi bagian bawah candi sembari membawa koin dalam gelas yang jumlahnya berbeda-beda.

Namun mempunyai ukuran berat yang sama dan berjalan memasukkan koin- koin tersebut ke dalam 108 mangkuk yang sudah disiapkan. Jika koin habis maka tinggal menghitung berapa mangkuk yang belum terisi dan juga sebaliknya jika koin berlebih dihitung berapa jumlahnya.

Dari sana mengambil petunjuk hidup kita sesuai dengan jumlah kekurangan atau kelebihan koin. Petunjuk tersebut bermacam-macam, ada yang mengatakan jika pikiran kita bercabang maka kita tidak akan sukses, ada petunjuk untuk sukses dan bahagia.

Menurut Budiani Gustiono Hendro, salah satu pengurus Vihara, ada juga yang menyatakan agar kita selalu merasa puas dengan apa yang kita dapatkan. ”Arahat merupakan orang suci. Di mana dia sudah tidak memikirkan lagi kehidupan dunia. sementara Patta adalah mangkok digunakan untuk biksu dana makanan,” ucapnya.

Ramalan berisi prinsip ajaran sang budha. Rata-rata orang main ke vihara Vipassana untuk wisata. Hari minggu lebih banyak dari luar pulau. Bahkan saat hari raya waisak, ada riibuan orangyang datang, Tailand, Laos. Dianjurkan untuk berpikir positif, renungkan dan pahamilah maksudnya. Jika pengujung tidak mengerti maksud yang tertulis pada kertas tersebut, bertanyalah pada orang yang tepat atau dengan mendengar dhamma dan mengikuti kebaktian. Terdapat candi Maha Panca Bala adalah candi yang memiliki lima kekuatan yang sangat besar (Maha berarti besar, Panca berarti Lima, Bala berarti kekuatan).

Lima kekuatan  itu adalah kekuata yang berasal dari Saddha atau Keyakinan, Viriya atau Semangat, Satiatau Kesadara, Samadhi atau Konsentrasi dan Panna atau Kebijaksanaan.

”Di dalam candi utama terdapat lukisan Kelahiran dan Parinibbana Sang Buddha. Di dalam candi atas terdapat patung Buddha Rupang yang terbuat dari batu giok asli,” jelasnya.

Di sekeliling dinding candi atas terdapat relief-relief yang menggambarkan Riwayat Hidup Sang Buddha. Di candi bagian bawah terdapat relief alam surga dan neraka. Empat candi kecil yang mengelilinginya merupakan simbol dari Empat Kesunyataan Mulia. Pada dinding candi kecil terdapat relief dari empat posisi/arah Sang Buddha.

Di samping candi Maha Panca Bala, terdapat gedung yang bernama Dhammasala 10.000 Budha. Karena di dalam gedung ini terdapat 10 ribu buah patung Budha sumbangan dari para donatur. Pada setiap patung tersebut tertera nama penyumbangnya. Dan di ruangan ini terdapat altar dengan Buddha Rupang Utama dalam posisi Abhaya.

Di depan gedung terdapat 7 patung Budha yang memberi symbol hari. Dan di samping candi terdapat Tugu Asoka untuk mengenang Raja Asoka. Tingginya tujuh meter, dengan bagian bawah pilar terbuat dari batu granit, sedangkan tiangnya terbuat dari Benton.

Pada puncak pilar tersebut terdapat empat buah patung singa terbuat dari tembaga yang ditempa, yang menghadap empat penjuru mata angin, yang mana di antara punggungnya diletakkan sebuah Roda Dhamma (Cakka), dan pada bagian bawah pilar terdapat tulisan yang mengajarkan agar umat berbeda-beda agama saling menghormati dan mempelajari ajaran yang baik dari setiap agama.

Ini kisahku dan aku seorang muslimah. Kapan kita berjalan bersama dan menelusuri jalan-jalan menyenangkan bagi rohani ini lagi? Duh semoga Covid-19 segera usai.