Sebuah buku tentang perjalanan penggemar bus atau sering dikenal dengan busmania terbit. Adalah Kiai Faizi, seorang ulama muda yang menulisnya dengan renyah. Menjadi bagian dari bus mania adalah salah satu hal yang menarik dan menjadi penting bagi dirinya. Berikut wawancara dengan Kiai Faizi yang dilansir dari laman jendelakita.id
Apa yang melatar belakangi Anda untuk menulis buku tentang masyarakat pecinta bus ini?
Saya menulis berdasarkan kesukaan, kegemaran. Sejak kecil saya suka bis. Tentang mengapa seperti ini, saya tidak bisa menjawab. Hobi kadang memang suka dinalar. Karena saya suka, maka saya berusaha mengejawantahkan kesukaan tersebut dalam bentuk media. Lalu saya memilih untuk selalu menulis catatan perjalanan naik bis karena menurut saya ranah ini jarang atau bahkan tidak pernah tergarap.
Apa yang menarik tentang busmania dan pernak-perniknya ?
Bismania adalah sebutan untuk penggemar bis. Secara umum begitu. Yang menarika adalah karena alat transportasi ini adalah yang paling populer di Jawa, khususnya, selain kereta api. Menjadi bismania menarik karena kecintaan terhadap bis, menurut saya, banyak manfaat, salah satunya orang akan mudah berempati dan cenderung memilik tranportasi massal saat ia akan bepergian selagi mungkin.
Pesan apa sebenarnya ingin Anda sajikan dalam Buku Beauty And The Bus ini?
Pesan secara khusus tidak ada. Ia hanyalah buku catatan perjalanan biasa. Yang tidak biasa karena catatan perjalanan ini menggunakan perspektif rentang. Yang dibahas adalah proses perjalananannya, tidak seperti banyak buku perjalanan yang justru menekankan eksplorasi tempat yang dituju, bukan proses perjalanan ke tempat yang dituju itu
Bagaimana komentar bus mania tentang buku Anda?
Saya kira baik. Laku banyak, sih, sebagai salah satu indikatornya, he, he. Meskipun laku banyak bukanlah alat ukur kualitas, tetapi sedikitnya ia dalam memberikan gambaran kepada saya bahwa ide menulis catatan perjalanan semacam ini dapat apresisasi yang baik dari masyarakat.
Bagaimana Anda melihat komunitas bus?
Komunitas yang unik saya kira. Cuma, saya kadang miris ketika melihat anak-anak yang suka mengaku dan mendaku seorang bismania tetapi mereka tidak mempedulikan asas dan pandangan sebagai seorang bismania. Mereka yang seperti ini saya kira bukanlah seorang ‘penggila sejati’, melainkan orang biasa yang kebetulan memiliki hobi yang berbeda dengan orang kebanyakan.
Apakah komunitas bus mania suka membaca?
Sejauh ini, iya
Apakah perlu pada bus itu bahan bacaan agar seperti di kereta atau pesawat?
Iya, saya memang punya usul begitu, termasuk tatib dan akhlak menjadi penumpang yang baik, hendaknya dipasang atau ditempel di dalam bis.
Bagaimana Anda melihat perkembangan buku di tanah air?
Cukup marak dan bahkan terus bertambah. Saya senang. Melihat kegemaran membaca atau kebutuhan masyarakat terhadap buku paling tidak akan menjadi petunjuk bahwa buku, terutama buku cetakan, masih digandungi masyarakat.