Buku pemikiran Gus Dur berbahasa Inggris akhirnya diluncurkan ke publik oleh INFID bersama LKiS dalam rangkaian Festival HAM Indonesia 2018 di Wonosobo (14/11). Buku yang diluncurkan di sini adalah buku Gus Dur berbahasa Inggris bertajuk Gus Dur on Religion, Democracy & Peace yang diterbitkan oleh penerbit Gading. INFID dan LKiS ingin berupaya menyebarkan gagasan-gagasan dan inisiatif-inisiatif mengenai demokrasi, perdamaian dan keadilan ke lingkup dunia internasional dari kalangan muslim Indonesia.
Selain buku Gus Dur ini, diluncurkan juga buku karya K.H. Husein Muhammad Islam Against Hate Speech. Sebagai penulis buku Islam Against Hate Speech dalam versi Bahasa, K.H. Husein Muhammad turut menghadiri acara ini bersama Hairus Salim (Direktur LKiS) dan K.H. Mukhotob Hamzah (Rektor UNSIQ) sebagai narasumber. Acara ini juga dimoderatori oleh Haqqi Al-Anshary (Komnasda Wonosobo).
Diskusi ini salah satunya mengangkat perhatian mengenai terbatasnya pengetahuan orang tentang Islam Indonesia. Hairus Salim memaparkan, “Kenapa rujukan orang terhadap Islam itu selalu ke Mesir, Arab atau Malaysia, salah satu sebabnya karena terbatasnya tulisan intelektual Indonesia atau Kiai Indonesia yang berbahasa Arab atau Inggris”. Padahal pemikiran Islam moderat Indonesia sangat penting untuk menjadi rujukan dunia.
Dunia sekarang sedang dilanda oleh gelombang pertentangan dan politik identitas. Mesin pertikaian adalah hoaks dan hate speech. Bahkan, papar Hairus Salim, “Saat ini permasalahan yang ada bukan hanya siaran kebencian, melainkan juga pelentiran kebencian (hate-spin)”.
Tatanan demokrasi di manapun, tak terkecuali di Barat, menjadi goncang setelah penyebaran hoaks dan hate speech. Ketegangan antara kebebasan dan penghormatan mengenai speech meluas setelah mengalami politisasi luar biasa.
”Siar kebencian merupakan asal usul yang menghancurkan relasi antar manusia,” tutur KH Husein Muhammad. Beliau juga menekankan bahaya hate speech. “Namimah; adu domba. Kidzbu; bohong. Ghibah; menggunjing dan fitnah; semuanya terkandung di dalam siar kebencian,” tambahnya.
Sementara itu K.H. Mukhotob Hamzah lebih menekankan prinsip cinta kasih sebagai dasar dari relasi antar-manusia. Ia mengatakan, “Hate speech ini pasti bermula dari hati yang tidak cinta. Padahal cinta adalah karakter genuine dari Islam itu sendiri”.
Mengenai Gus Dur, K.H. Mukhotob Hamzah juga menambahkan, “Gus Dur ini bukan hanya pemikir damai. tetapi juga pelaku”. Gus Dur sebenarnya sudah cukup terkenal di luar negeri, tetapi ratusan tulisan Gus Dur mengenai berbagai hal kebanyakan masih dalam bahasa Indonesia dan tidak mudah diakses orang luar.
Kedua buku ini nantinya diharapkan bisa disebarkan secara luas ke hadirat pembaca di luar negeri, terutama melalui versi PDF-nya. Dengan cara inilah, Islam Indonesia dikenal dan bisa mempengaruhi pandangan orang Islam maupun pandangan terhadap Islam di luar negeri. Diharapkan di masa mendatang makin banyak karya muslim Indonesia yang bisa diakses kalangan luar negeri. Kerinduan pada perdamaian dan keadilan akan menjadi kuncinya.
Peluncuran buku ini sendiri merupakan rangkaian Acara Festival HAM Indonesia yang merupakan acara tahunan INFID yang telah diselenggarakan semenjak tahun 2014. Pada tahun ini INFID bekerjasama dengan Kantor Staf Presiden (KSP), Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Komnas HAM. Festival HAM Indonesia merupakan acara yang bertujuan untuk menyebarluaskan program Kabupaten/Kota HAM sebagai upaya pemenuhan HAM di Indonesia. Acara ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan praktik kehidupan yang toleran di berbagai daerah, baik di tingkat lokal, nasional maupun regional sebagai salah satu perwujudan dari program Kabupaten/Kota HAM.