Dalam ibadah puasa, fidyah diwajibkan kepada orang yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadan disebabkan karena sakit yang tak kunjung sembuh atau lainnya. Ukuran fidyah yang harus diberikan kepada fakir miskin dalam setiap hari tanpa puasa adalah satu mud makanan pokok suatu daerah. Jika di Indonesia, ukuran satu mud sama dengan ukuran beras 0.6 Kg atau ¾ liter beras. Ketentuan membayar fidyah ini berdasarkan firman Allah dalam surah Albaqarah ayat 184;
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.”
Melalui ayat ini, Ibnu Hajar Alhaitami dalam kitab Tuhfatul Muhtaj mengatakan, seseorang jika tidak mampu berpuasa di bulan Ramadan, maka dia wajib membayar fidyah kepada fakir miskin. Selain fakir miskin, tidak boleh menerima fidyah. Menurut beliau, dari delapan golongan yang berhak menerima zakat, hanya fakir miskin saja yang berhak menerima fidyah, sedangkan sisanya tidak boleh menerima. Jika fidyah diberikan kepada selain fakir miskin seperti amil zakat, muallaf dan lainnya, maka hukumnya tidak sah dan wajib membayar fidyah lagi.
Lantas apakah boleh membayar fidyah kepada fakir miskin dicicil?
Dalam kitab Fatawa Arromli, Imam Arromli membahas secara rinci mengenai cara pembayaran fidyah. Menurut beliau, ada tiga cara dalam pembayaran fidyah. Pertama, dibayar satu kali di akhir puasa Ramadan. Misalnya, dari awal Ramadan sampai akhir tidak puasa karena sudah tua renta, maka di akhir bulan Ramadan membayar satu kali dari setiap hari puasa yang tinggalkan.
Kedua, membayar fidyah setiap hari pada saat tidak puasa di hari tersebut. Dan dianjurkan fidyah tersebut diberikan setelah terbit fajar subuh. Misalnya, seseorang pada hari pertama Ramadan tidak puasa, maka setelah terbit fajar subuh dia membayar fidyah, dan begitu seterusnya di hari-hari berikutnya sampai akhir Ramadan.
Ketiga, membayar fidyah setelah Ramadan selesai. Dalam membayar fidyah, dibolehkan untuk dikeluarkan setelah Ramadan, baik dibayar satu kali maupun dicicil setiap hari satu hari puasa yang ditinggalkan sampai lunas 29 atau 30 Ramadan. Dalam kitab Syarh Almuqaddimah Alhadhramiyah disebutkan, pembayaran fidyah boleh ditunda bahkan sampek menjelang puasa Ramadan berikutnya.
لو أخر نحو الهرم الفدية عن السنة الأولى، لم يجب شيء للتأخير؛ لأنّ وجوبها على التراخي
“Seandainya orang yang sudah tua renta dan sejenisnya mengakhirkan pembayaran fidyah tahun Ramadan sebelumnya, maka dia tidak dikenai kewajiban apa-apa, karena kewajiban membayar fidyah boleh untuk ditunda.”
Dengan demikian, pembayaran fidyah boleh diberikan satu kali dan boleh dicicil, baik ketika masih di bulan Ramadan maupun setelah selesai. Adapun membayar fidyah sekaligus di awal Ramadan untuk seluruh puasa yang akan ditinggalkan, maka terjadi perbedaan ulama. Menurut ulama Hanafiyah boleh, sedangkan menurut ulama Syafiiyah tidak boleh.
selengkapnya, klik di sini