Satu tahun terakhir kemenangan taktis atas ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) selalu digembar-gemborkan oleh media internasional dan pihak koalisi Barat. Bagaimanapun, seharusnya hal itu tidak mengabaikan fakta bahwa ISIS tetap merupakan ancaman bagi dunia.
Dunia mestinya mulai menyadari ISIS memiliki agenda transnasional ke depan saat mereka mengklaim mendirikan Khilafah pada tahun 2014. Pada saat itulah puncak kejayaannya, dan mereka gunakan pengaruhnya itu untuk menginfiltrasi kelompok-kelompok jihad lokal hingga di negara luar Timur Tengah, tak terkecuali di negara-negara lemah di Afrika seperti Nigeria.
Nigeria adalah negara terpadat di Afrika (sekitar 180 juta jiwa), dengan luas daratan sebesar gabungan Prancis dan Jerman. Namun ironisnya, negara salah satu pengirim jamaah haji terbesar di dunia itu telah bertahun-tahun menghadapi pemberontakan berdarah, di mana aktor utamanya adalah Boko Haram, militan fenomenal yang membawa jargon islam dalam gerakannya.
Boko Haram, kelompok ini memiliki nama asli Jamaah Ahl Sunnah lid Da’wah wal Jihad didirikan pada tahun 2002 oleh Mohammed Yusuf al-Barnawi, seorang tokoh karismatik islam radikal. Boko Haram sendiri dalam bahasa lokal artinya “menolak atau mengharamkan pendidikan barat”, sebuah kampanye yang digelorakan Yusuf sang pendiri.
Mohammed Yusuf terkenal sebagai sebagai pengkhotbah yang meyakinkan, konon dia mampu membuat siapapun yang hadir dalam ceramahnya setuju dengan semua yang dia katakan. Ia sendiri kemudian tewas di tangan polisi pada tahun 2009 dan memicu pemberontakan di Nigeria.
Sepeninggal Yusuf, kepemimpinan Boko Haram digantikan oleh Abu Bakar Shekau yang videonya banyak beredar di internet. Sebagian kalangan menilai, sejatinya dia lebih cocok sebagai pemimpin mafia daripada ekstremis agama karena gayanya yang tengil dan sering cengengesan di depan kamera.
Aksi Boko Haram baru mengundang perhatian internasional ketika pada akhir 2014 berhasil menguasai tiga negara bagian di timur laut Nigeria dan menculik ratusan siswi pada bulan Mei pada tahun yang sama.
Tidak seperti Taliban di Afghanistan yang berinisiatif mendirikan pemerintahan bayangan, atau ISIS di Suriah yang menjalankan kekhalifahan. Boko Haram sepertinya lebih tertarik menciptakan kekacauan, membantai penduduk desa, menculik wanita dan anak-anak. Beberapa gadis diperbudak dan dijual. Yang lain dipaksa melakukan bom bunuh diri. UNICEF, badan anak-anak PBB mengatakan, bahwa tahun lalu Boko Haram menggunakan 135 anak-anak sebagai pelaku bom bunuh diri.
Pada tahun 2015, Abu Bakar Shekau berbai’at dan menyatakan kelompoknya melebur dengan kekhalifahan ISIS dan Boko Haram dipromosikan menggunakan nama baru menjadi ISIS Wilayah Afrika Barat (ISWA). Sementara itu, Abu Bakar Shekau didaulat sebagai Wali (Gubernur) ISIS untuk kawasan tersebut.
Satu tahun kemudian, kelompok ini mengalami perpecahan, ditandai mencuatnya nama Abu Mus’ab Al Barnawi (putra pendiri Boko Haram) sebagai pemimpin yang baru, menggantikan Abu Bakar Shekau karena dipandang terlalu ekstrim, menyimpang dari pedoman teologis kekhalifahan ISIS . Kekisruhan tersebut telah membuat Abu Mus’ab menulis sebuah buku 124 halaman berbahasa Arab menjelaskan alasan pemecatan Shekau.
Dipecat dari ISIS, Abu Bakar Shekau bergeming, ia bersama anak buahnya yang masih tersisa terus melakukan pemberontakan terhadap pemerintah dengan gaya Boko Haram. Ia juga tetap melanjutkan hobinya mengunggah video monolog bertele-tele di internet.
Sementara itu, pemimpin ISIS Nigeria yang baru lebih low-profile, tidak pernah muncul dalam video propaganda dan irit mengklaim bertanggung jawab atas serangan teror. Hal ini kontras dengan Abu bakar Shekau yang narsis dan haus publisitas.
Sejak dikomandoi Abu Mus’ab Al Barnawi, ISIS di Nigeria melakukan taktik yang berbeda, pengamat menilai ini sebagai strategi para jihadis untuk menggalang dukungan dan memenangkan hati penduduk lokal. Laporan media The National menyebutkan ISIS membuat sumur untuk kebutuhan air warga, membagikan bibit dan pupuk kepada para petani serta menyediakan padang rumput yang aman untuk para penggembala. “Jika anda penggembala, sopir atau pedagang, mereka tidak akan ‘menyentuh’ anda, cukup ikuti aturan mereka yang mengatur wilayah itu,” kata seorang penggembala, yang sering keluar dan masuk wilayah ISIS memindahkan hewan ternaknya. “Mereka tidak ‘menyentuh’ warga sipil, hanya petugas keamanan.”
Dalam beberapa bulan terkahir, aktifitas militan ISIS Nigeria menunjukkan peningkatan di area lembah Danau Chad yang strategis, kawasan ini dekat dengan perbatasan Chad, Niger dan Kamerun namun selama ini cenderung diabaikan pemerintah. Serangan-serangan ISIS yang menyasar petugas keamanan dan fasilitas fasilitas militer yang meningkat sepanjang bulan Juli-September diduga kuat tujuannya untuk menimbun senjata untuk operasi yang lebih besar ke depan.
Elissa Miller peneliti Timur Tengah dalam tulisannya di The Arab Weekly mengungkapkan bahwa ketakutan penduduk lokal dari terror Boko Haram juga ‘dimanfaatkan’ ISIS di Nigeria. Laporan mengatakan, ISIS melindungi penduduk setempat dari serangan Boko Haram, mereka menjanjikan stabilitas dan layanan yang gagal disediakan oleh pemerintah dan militer Nigeria.
Dengan melindungi warga lokal dari serangan Boko Haram—sesuatu yang warga tidak dapatkan dari militer Nigeria—ISIS tampaknya ingin membuat perbedaan signifikan dengan militan Boko Haram di mata penduduk lokal, disamping itu untuk mengikis kepercayaan warga terhadap pemerintah.
Taktik ISIS semacam itu bukanlah hal baru. Di Afghanistan, ISIS mengambil keuntungan dari minimnya kehadiran pemerintah dan suburnya warlords Taliban dengan tampil sebagai ‘pelindung’. Begitupun saat mereka awal mula tumbuh di Libya, ISIS menjanjikan stabilitas dan layanan terhadap penduduk kota Sirte yang dikucilkan pemerintahan baru karena dianggap basis pengikut diktator Muammar Kaddafi.
Sebagaimana dilansir The Economist, Amerika memperkirakan ada 3000-3500 kombatan ISIS di Nigeria. Jika jumlah itu valid bisa dikatakan ISIS Nigeria adalah cabang ISIS terbesar.
Pengamat pemberontakan Afrika meyakini hubungan ISIS di Nigeria dengan pusatnya di Timur Tengah saat ini masih terbatas, dan lagi jajaran di kelompok ini adalah orang lokal, tidak ada kombatan asing karena sulit untuk sampai ke sini.
Namun meskipun demikian, dengan mempertimbangkan sifat ISIS yang transnasional, kebangkitan kelompok ini di Nigeria tetap tidak boleh dipandang sebelah mata, apalagi militan dengan ideologi yang sama sebelumnya pernah bereksperimen di negara Afrika yang lain, yakni di Libya.
Referensi:
- The Guardian: Boko Haram May be Planning ‘Something Big’ https://guardian.ng/news/boko-haram-may-be-planning-something-big-salkida/
- Long War Journal: Islamic State Releases Photos from Deadly Raid on Military Base Near Lake Chad https://www.longwarjournal.org/archives/2018/08/islamic-state-releases-photos-from-deadly-raid-on-military-base-near-lake-chad.php
- Aymenn Jawad al-Tamimi: The Islamic State West Africa Province vs. Abu Bakr Shekau: Full Text, Translation and Analysis http://www.aymennjawad.org/21467/the-islamic-state-west-africa-province-vs-abu
- Elissa Miller: ISIS Expanding North and West Africa https://thearabweekly.com/isis-expanding-north-and-west-africa
- The Economist: The Fight Againts Islamic State is Moving to Africa https://www.economist.com/middle-east-and-africa/2018/07/14/the-fight-against-islamic-state-is-moving-to-africa
- The National: ISIS Affiliate Establishes Stronghold in West Africa https://www.thenational.ae/world/africa/isis-affiliate-establishes-stronghold-in-west-africa-1.725708