Pada masa itu di Tustar, Persia ada seorang yang mengaku sebagai orang yang sangat terpelajar dan pertapa. Orang tersebut kemudian memfitnah dan seorang sufi bernama Sahl At Tustari sebagai seorang ahli bid’ah bahkan kafir. Tuduhan itu diikuti banyak orang. Tidak sedikit dari golongan rakyat biasa sampai kaum bangsawan, menyerang Sahl at.Tustari.
Namun Sahl menahan dirinya. Ia tidak mau berbantahan dengan mereka yang kurang paham terhadap pendapatnya. Namun yang dilakukan Sahl untuk membalas itu semua dengan hal yang aneh. Ia menulis di atas kertas kekayaan yang dimilikinya seperti kebun, rumah , perabot , permadani , emas, perak. Kepada setiap orang yang berhasil mendapatkan sehelai di antara kertas-kertas itu, Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari memberikan harta benda miliknya yang tertulis di situ. Tentu saja apa yang dilakukan Sahl menjadi rebutan
Hal tersebut dilakukannya sebagai tanda terima kasihnya kepada mereka karena membebaskan dirinya dari harta benda dunia. Setelah rampung berangkatlah Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari pergi menuju Hijaz.
“Wahai diriku, kini tiada sesuatu pun yang masih ku miliki. Janganlah menerima apa-apa lagi dari diriku karena akan sia-sia belaka,” katanya dalam hati.
Hatinya setuju untuk tidak meminta apapun. Setelah menjalani perjalanan panjang sampailah Sahl di kota Kufah. Kemudian hatinya berbisik,“Hingga sejauh ini aku tidak pernah meminta sesuatu pun jua darimu. Tetapi pada saat ini aku ingin sekerat roti dan sepotong ikan. Berikanlah roti dan ikan kepadaku, dan engkau tidak akan ku usik lagi di sepanjang perjalanan menuju Mekkah.”
Memasuki kota Kufah, Sahl melihat sebuah penggilingan yang sedang digerakkan oleh seekor keledai. “Berapakah yang kalian bayar untuk mempekerjakan unta ini?” tanya Sahl
“Dua dirham,” jawab pemiliknya.
Kemudian Sahl berkata,“Lepaskanlah unta ini dan ikatlah aku sebagai penggantinya. Berikanlah aku satu dirham untuk kerjaku hingga waktu solat isya nanti.”
Keledai itu pun dilepas kemudian tubuh Sahl menjadi penggantinya. Setelah malam tiba Sahl mendapatkan upah sebesar satu dirham. Dengan uang tersebut Sahl dapat membeli roti dan sepotong ikan.
Kemudian dua benda itu diletakkan dihadapannya dan bergumam, “Wahai hatiku, setiap kali engkau menghendaki makanan ini, camkanlah olehmu bahwa engkau harus melakukan pekerjaan seekor keledai dari pagi hingga matahari terbenam untuk mendapatkannya.”