Pada bulan Ramadhan umat Islam akrab dengan istilah Lailatul Qadar. Lailatul qadar dikenal sebagai satu waktu yang apabila doa dipanjatkan pada waktu-waktu tersebut, maka akan mustajab atau dikabulkan oleh Allah. Oleh sebab itu, banyak yang kemudian lebih giat berdoa dan beribadah di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil. Sebab malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan banyak dipercaya sebagai waktu terjadinya lailatul qadr.
Lailatul Qadar yang bila ditulis dalam bahasa arab menjadi ليلة القدر terdiri dari dua kata, الليلة yang berarti malam dan القدر yang berarti mulia, yang apabila digabung menjadi malam kemuliaan. Keberadaan Lailatul qadr difirmankan oleh Allah dalam surah al-Qadr ayat 1-5:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (٣) تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)
- Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. 2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa surah ini menjelaskan tentang keberadaan malam yang penuh kebaikan, yaitu lailatul qadr. Malam tersebut jatuh di bulan ramadhan. Ibn Katsir kemudian mengutip keterangan Ibn Abbas bahwa di malam tersebut al-Qur’an diturunkan secara utuh Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah sebelum kemudian secara terpisah-pisah selama 23 tahun diwahyukan kepada Nabi Muhammad salallahualaihi wasallam.
Lailatul qadr adalah malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Pahala ibadah di malam tersebut dikali lipatkan sejumlah pahala beribadah 1000 bulan. Di malam tersebut, malaikat Jibril dan malaikat-malaikat lain turun sebab banyaknya kebaikan di malam tersebut. Dan malam tersebut dipenuhi kebaikan sampai terbitnya fajar.
Cukup banyak hadis yang menyinggung lailatul qadar. Baik yang menjelaskan tentang waktu turunnya, tanda-tanda keberadaannya, sampai kisah-kisah para sahabat yang mengalaminya beserta tanda-tanda alam yang mereka temui di malam tersebut. Beberapa di antaranya yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam sahihnya:
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيدٍ وَكَانَ لِي صَدِيقًا فَقَالَ اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرِينَ فَخَطَبَنَا وَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي الْوَتْرِ
“Diriwayatkan dari Abi Salamah bahwa ia berkata: aku bertanya pada Abi Sa’id; ia adalah temanku. Ia lalu berkata ‘Kami beri’tikaf bersama Nabi salallahualaihi wasallam dalam 10 hari pertengahan dari bulan Ramadhan. Lalu beliau keluar dari rumah di pagi hari tanggal 20. Beliau lalu berkhutbah di hadapan kami. Beliau berkata ‘Aku diperlihatkan lailatul qadar lalu aku lupa tepat waktunya. Carilah ia di sepuluh hari terakhir, di hari ganjil’.”