Berdoa untuk Wafatnya Prof Dawam Rahardjo: Putri Gus Dur hingga Muhammadiyah

Berdoa untuk Wafatnya Prof Dawam Rahardjo: Putri Gus Dur hingga Muhammadiyah

Kesaksian dari banyak tokoh tentang sosok almarhum Profesor Dawam Rahardjo

Berdoa untuk Wafatnya Prof Dawam Rahardjo: Putri Gus Dur hingga Muhammadiyah

Berpulangnya Profesor Dawam Rahardjo tadi malam (30/5) menyisakan kesedihan dari banyak pihak. Kiprah beliau yang malang melintang dari dunia aktivisme, akademik hingga kebudayaan membuat banyak orang kehilangan terhadap sosok yang dianggap sebagai begawan ilmu sosial ekonomi dan pemikir islam ini.

Beberapa tokoh, mulai dari Putri Gus Dur Alissa Wahid hingga Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie hingga Organisasi seperti Muhammadiyah pun tutur berbelasungkawa. Beberapa murid beliau hingga mereka yang sekadar bertemu melalui tulisan-tulisannya yang tersebar di banyak medium seperti buku maupun jurnal pun turut berduka dengan kepergian beliau.

Beliau sendiri aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Bahkan menjadi ketua majelis bidang ekonomi ketika PP Muhammadiyah tahun 2000-2005. Bahkan, gelar Guru Besar yang beliau sandang didapat dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Beliau dijuluki pemikir bidang keislaman dan ekonomi.

“Beliau bersama Adi Sasono (almarhum) juga pelopor LSM generasi awal (era tahun 1970-1980an), yang banyak melibatkan kaum muda muslim modernis,” tutur Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir sebagaimana dikutip dari situs resmi Muhammadiyah.

“Selamat jalan, Guru. Seluruh doa terbaik untukmu,” tutur Muhammadiyah melalui akun twitter resmi Pengurus Pusat Muhammadiyah @muhammadiyah.

 

Putri Sulung Presiden Indonesia ke-4 Alissa Wahid pun tutur bersedih atas wafatnya beliau. Apalagi, sosok Gus Dur memang terkenal dekat dengan Dawam Rahardjo. Bahkan, dalam cuitannya, Mbak Alissa menyebut sosok Profesor Dawam sebagai motor gerakan islam tahun 80-an.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun.Telah berpulang, Bp. Dawam Raharjo, salah seorang motor gerakan Islam progresif di tahun 1980an. Semoga Allah SWT menerima beliau dg sebaik-baiknya penerimaan. Al-fatihah,” ujarnya.

Aktivis asal Yogyakarta, Tri Agus Susanto atau lebih terkenal denggan sebut Tasspijar juga menuturkan kekaguman kepada sosok pemikir kelahiran Solo 77 tahun yang lalu itu. Beliau bahkan menyebut sosoknya sebagai teladan toleransi dan keberagaman di Indonesia.

Tentu saja, ucapan ini bukan isapan jempol semata. Semasa hidupnya, sosok Dawam memang terkenal sebagai pribadi yang ringan tangan dalam membantu sesama, khususnya bagi mereka yang minoritas seperti Ahmadiyah, Syiah maupun kaum tertindas lainnya. Itulah, alasan mengapa sosoknya begitu dicintai begitu banyak pihak.

Doa senada juga dilontakan oleh KH Cholil Navis. Bahkan, dalam penuturannya, ketika masih mahasiswa beliau banyak membaca buku yang ia tulis, begitupula terbitan beliau seperti jurnal dan lain sebagainya. Salah satu jurnal yang beliau asuh dan begitu berpengaruh di tahun 80-an adalah jurnal Ulumul Quran yang mempertemukan  banyak sekali pemikir islam dan kebudayaan dan saling berdialektika melalui pelbagai tulisan-tulisan yang kritis.

Pendiri Majalah Tempo dan Budayawan Goenawan Mohamad mengaku sangat kehilangan sosok kawannya tersebut. Menurut penyair kondang tersebut, sosoknya pribadi yang terbuka dan memiliki banyak dimensi yang bisa ditulis.

“Sejak muda ia merintis pemikiran terbuka dan usaha menegakkan keadilan. Banyak yg bisa ditulis ttg dia; saya cuma mau tambahkan: ia pernah memperkenalkan kita dgn karya besar Nikos Kazantaksis, The last temptation of Christ.” cuit @gm_gm

Selamat jalan, Profesor Dawam. Banyak kesaksian bahwa sosoknya merupakan orang baik dan sudah sepatutnya kita teladani. Sekali lagi, terima kasih atas segala yang Profesor lakukan untuk bangsa ini. Alfatihah…