Memaafkan orang lain yang telah berbuat zalim memang agak sulit kecuali orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT seperti para Nabi dan Wali. Tidak salah jika Allah SWT menempatkan orang-orang yang suka memberi maaf sebagai orang yang bertakwa dan berhak mendapatkan surga yang luasnya seluas langit langit dan bumi. Memang memaafkan orang lain tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kadang butuh waktu lama untuk memaafkan orang lain karena harus berusaha menutup luka yang menganga akibat perbuatan buruknya.
Orang yang berhati pemaaf adalah mereka yang memiliki keikhlasan yang tinggi. Mereka rela mengorbankan dirinya untuk dihina, dicaci maki, difitnah dan disakiti. Bagi mereka kehidupan dunia tidak akan terlepas dari orang-orang yang zalim dan suka menyakiti. Oleh sebab itu, jika disakiti, dengan mudahnya mereka memaafkan orang yang telah menyakitinya. Terlepas dalam hatinya tersimpan luka atau tidak. Karena isi hati hanyalah si pemberi maaf sendiri dan Allah SWT yang tahu. Jika orang yang menyakitinya mengulangi perbuatan buruk yang sama maka mereka akan selalu mendoakannya semoga mendapatkan hidayah. Pada hakikatnya orang yang paling kuat adalah orang dapat memaafkan orang lain bukan orang yang kekar dan berotot.
Banyak sekali kisah yang diceritakan dalam hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang keutamaan dan kedudukan orang-orang yang memaafkan di mata Allah SWT. Meskipun memaafkan harus mempertaruhkan kehormatan dan nama baik di dunia tetapi Allah SWT menggantinya dengan yang lebih baik di akhirat. Kisah berikut ini dapat menjadi bahan renungan untuk belajar memaafkan orang lain.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa suatu hari Rasulullah tengah duduk-duduk santai dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan santai itu, tiba-tiba Rasulullah tertawa hingga terlihat gigi-gigi putihnya yang rapi.
Melihat kejadian itu, Umar bin Khattab bertanya,“Apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Aku diberi tahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang bersimpuh di hadapan Allah sambil menundukkan kepala. Salah satunya mengadu meminta Allah SWT untuk mengambil perbuatan baik orang yang ada di sampingnya karena selama di dunia orang itu pernah berbuat zalim padanya.”
Mendengar aduannya itu, Allah berkata, “Mana mungkin saudaramu bisa melakukan ini, karena tidak ada sedikit pun kebaikan di dalam dirinya?”
“Kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya,” kata si pengadu.
Di sini tiba-tiba mata Rasulullah terlihat berkaca-kaca. Beliau tidak mampu menahan tangis, dan akhirnya meneteskan air mata lalu bekata,”Hari itu hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar dosa-dosanya dipikul orang lain.”
Kemudian, Rasulullah SAW melanjutkan kisahnya. Kemudian Allah meminta kepada orang yang mengadu itu,”Angkat kepalamu!”
Orang itu mengangkat kepalanya, dan mengatakan, “Ya Allah, aku melihat di depanku ada istana-istana megah terbuat dari emas, dan di dalam istana itu singgasananya terbuat dari emas bertatahkan berlian. Ya Allah, di mana istana yang ditempati para nabi di antara istana ini istana-istana ini? Istana untuk orang jujur yang mana? Dan istana untuk orang yang mati syahid di mana?”
Allah berkata, “Istana-istana itu disediakan bagi siapa saja yang mampu membayar harganya.” Orang itu penasaran lalu bertanya, “Ya Allah, siapakah orang yang mampu membayar harga istana-istana itu?” Allah menjawab,“Engkau pun mampu membayar harganya.” Orang itu terheran-heran, sambil berkata, “Waw! Ya Allah, bagaimana caranya aku bisa membayarnya?” Allah menjawab,”Caranya dengan engkau memaafkan kesalahan saudaramu yang duduk di sebelahmu itu, yang telah engkau adukan kezalimannya kepada-Ku.” Orang itu berkata, “Ya Allah, baiklah aku maafkan segala kesalahannya.” Allah berkata, “Kalau begitu, peganglah tangan saudaramu itu dan ajaklah ia masuk surga bersamamu.”
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah bersabda,“Bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin.”
Sungguh tinggi kedudukan orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Ia mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT dengan memberikan istana surga kepadanya. Inilah yang juga memotivasi nabi Muhammad SAW dan para sahabat untuk selalu memaafkan orang telah berbuat zalim kepada mereka. Karena orang yang memaafkan ternyata memiliki tempat khusus di mata Allah SWT.