Kota Mekah tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah dan kisah kenabian Ibrahim AS sebagai seorang Nabi yang dikenal dengan sebutan “Abu al-Tauhid” dan juga putranya, Nabi Ismail AS. Ketika Nabi Ismail bayi, Allah SWT memerintahkan keluarga Ibrahim untuk hijrah ke Mekah yang merupakan tempat gersang, kering dan tidak ada penghidupan. renovasi ka’bah
Sesampainya di Mekah, mereka singgah disuatu tempat yang nantinya akan dibangun Baitullah. Lalu Nabi Ibrahim memanjatkan doa yang terdapat dalam surat Ibrahim ayat 37:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami! sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizqi dari buah-buahan, agar mereka bersyukur.”
Pada waktu kenabian Ibrahim AS, Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk membangun Ka’bah atau Baitullah (rumah Allah) bersama anaknya Ismail AS yang dikisahkan dalam surat al-Baqarah ayat 127:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.
Artinya: “Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal kami). Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Eksistensi Ka’bah sebagai pusat peribadatan manusia untuk menunaikan rukun Islam yang terakhir sejak masa Nabi Ibrahim AS itu mengalami sekian renovasi dalam pembangunannya, dikarenakan bencana alam yang melanda kota Mekah seperti banjir, kebakaran hinga peperangan. Ulama sepakat bahwa renovasi Ka’bah mengalami empat kali renovasi hingga sekarang. Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT untuk membangun Ka’bah adalah Adam AS, namun pendapat ini lemah karena di riwayatkan oleh Ibnu Lahi’ah yang merupakan perawi yang dhaif dan tidak bisa dijadikan hujjah.
Berikut ini empat kali renovasi Ka’bah dalam sejarah hingga sekarang.
Pertama, sejak masa Nabi Ibrahim AS bersama putranya, beliau membangun Ka’bah dalam bentuk yang tidak simetris. M. Ali dalam “The Holy of Quran” menjelaskan bahwa bangunan Ka’bah memiliki ketinggian 9 hasta. Panjang dari Hajar Aswad sampai Rukun Syāmi adalah 32 hasta. Lebarnya dari rukun Syāmi sampai Rukun Gharbi adalah 22 hasta. Sedangkan panjang dari Rukun Gharbi sampai Rukun Yamani adalah 31 hasta. Adapun dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad adalah 20 hasta.
Kedua, pada masa lima tahun sebelum kenabian Rasulullah SAW yaitu ketika Rasulullah SAW berusia 35 tahun yang dikerjakan oleh kaum Quraisy. Pada saat itu banjir bandang melanda kota Mekah yang menyebabkan dinding-dinding Ka’bah roboh. Hal ini membuat Walid bin Mughirah merobohkan Ka’bah untuk direnovasi kembali oleh kaum Quraisy.
Rasulullah SAW dan paman beliau, Abbas turut andil dalam pembangunan Ka’bah dengan cara mengangkat bebatuan di atas pundak beliau hingga beliau sempat tersungkur. Seorang arsitek Romawi yang merancang pembangunan saat itu bernama Baqum. Bangunan Ka’bah yang dikerjakan oleh kaum Quraisy ditambahkan tingginya menjadi 10 hasta dari tinggi sebelumnya yang dikerjakan oleh Nabi Ibrahim AS yaitu 9 hasta. Mereka juga meninggikan pintu Ka’bah dari tanah sehingga untuk mencapai pintu Ka’bah harus menggunakan tangga. Karena keterbatasan dana yang mereka miliki, panjang Ka’bah dikurangi menjadi 6,5 hasta (dari sebelumnya yang lebih dari 20 hasta).
Melihat pengurangan panjang ka’bah yang dilakukan oleh kaum Quraisy, Rasulullah SAW hanya diam demi mendahulukan kepentingan masyarakat. Rasulullah menceritakan hal tersebut kepada istri beliau Aisyah:
“Wahai Aisyah, jika saja bukan karena kaummu baru saja meninggalkan jahiliyyah, tentu mereka sudah kuperintahkan untuk merobohkan Ka’bah agar ku masukkan ke dalam Ka’bah apa yang telah mereka keluarkan dan membuat dua buah pintu di sisi timur dan barat, serta membuat pondasi yang sesuai Ibrahim AS buat”.
Ketiga, pembangunan Ka’bah dikerjakan oleh keponakan Aisyah RA yang bernama Abdullah bin Zubair bin Awam. Setelah pemerintahan dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Shofyan di Suriah selesai, Abdullah bin Zubair enggan mengakui pemerintahan Yazid bin Muawiyah, sehingga Abdullah menamakan dirinya sebagai khalifah yang sah memimpin Mekah. Berhubung Abdullah bin Zubair menguasai Mekah, beliau selalu teringat perkataan Aisyah RA, sehingga Ka’bah dibongkar kembali untuk diperluas seperti yang diceritakan oleh Aisyah RA.
Keempat, ketika Yazid bin Muawiyah mengepung Abdullah bin Zubair yang saat itu berada di Ka’bah. Ketika itu panglima Yazid dipimpin oleh Hajjaj. Pengepungan tersebut mengakibatkan dinding Ka’bah roboh kembali. Lalu renovasi Ka’bah dikerjakan oleh Hajjaj dan membangunnya kembali.
Itulah empat kali renovasi Ka’bah yang terjadi selama sejarah. Hal ini membuktikan bahwa Ka’bah juga bisa rusak dan roboh karena Ka’bah juga makhluk Allah SWT. (AN)